"Sabar tidak selalu berarti lemah dan diam. Kadang-kadang butuh mendesis untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik."
Ade: "Loh! Apa bedanya mendesis dan mengigit Mi?"
Mami : "Mendesis cuma memberi peringatan saja dan membuka mata orang yang menyulitkan kita  tentang kesalahannya. Beda dengan mengigit yang artinya menyerang untuk membuat terluka."
"Intinya dalam mendesis ini kita niatnya baik, tidak ada kebencian yang menyertai. Lebih ke niat untuk membuat orangnya sadar, tetapi kalau orangnya tidak mau sadar juga maka biarkan saja."
"Kita tidak perlu memaki-maki orangnya sampai kebencian itu seperti nyala api yang akan membakar batin kita. Kalau sudah sampe taraf itu, bukankah yang rugi diri kita sendiri. Dan kalau kita begitu, apa bedanya kita dengan mereka?"
Mami: "Buddha sendiri juga bersabda bahwa kebencian tidak bisa berakhir apabila dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian bisa berakhir bila dibalas dengan tidak membenci."
"Apakah Ade tahu bahasa mandarin dari sabar? Sabar=Ren. Dalam tulisan kanjinya, tulisan tersebut adalah perpaduan dari  pisau diatas hati. Intinya tulisan ini mengingatkan kita bahwa, biarpun pisau terus menyayat hati, kita tetap harus bersabar. "
"Praktek bersabar bukanlah hal yang mudah, semua butuh proses. Menyadari hakekat hidup ini dukkha (penderitaan), anicca (tidak kekal), dan anatta (tiada diri) maka proses bersabar ini menjadi lebih mudah."
"Dan ingat, semua proses bersabar butuh satu hal yang namanya ikhlas. Dan ada satu kalimat Bhante Uttamo yang selalu Mami ingat, 'Dia memang orangnya seperti itu', dengan memaklumi orang yang menyulitkan kita, proses ikhlas menjadi lebih mudah."
"Apakah Ade mengerti?"
Ade: "Zzzzzzz"