Apakah yang terjadi?
Saya tidak dalam posisi menilai apakah Bejo, Parno, atau Alex bersalah. Ini adalah masalah batin. Mereka masih memiliki pilihan untuk tetap memelihara Moha atau membuangnya jauh-jauh.
Dan dasarnya memang demikian, manusia memiliki pertimbangan. Jika masih ada pilihan, kenapa harus jadi "korban?" Jika masih ada jalan, mengapa harus "pasang badan?"
Tapi saya akhirnya tersadarkan, mengapa Moha bisa digolongkan sebagai salah satu dari Tiga Akar Kejahatan. Karena sesungguhnya seluruh perbuatan yang tidak terpuji telah terkontaminasi oleh campuran racun Lobha, Dosa, dan Moha.
Tiga akar kejahatan ini tidak berdiri sendiri-sendiri. Ketiganya adalah paket lengkap yang mendorong tindak kejahatan.
Bukankah Bejo serakah dengan mengambil milik yang bukan haknya? Demikian pula dengan Parno yang takut dipenjara dan Alex yang benci menunggu?
Mengapa ini Terjadi?
Jadi begini sobat, saya, kamu, kamu, dan kamu bisa saja nyinyir kepada Bejo dan contoh lainnya. Tapi jangan lupa, kita bukanlah Aku dalam versi mereka. Andaikan kita dihadapkan dengan situasi yang sama, cobalah jujur! Seperti apakah kita akan melangkah?
Wajarlah, sejak zaman baru belajar berbicara, manusia sudah tidak senang bertemu dengan hal-hal yang tidak disuka, dan tidak senang berpisah dengan hal-hal yang disayang.
Thus, terjadilah keinginan untuk terus menerus mencari kesenangan. Apapun caranya, semua akan ditempuh. Yang penting kepuasan panca indera terpenuhi. Tidak ingin terjadi perubahan. Jika perlu, selamanya menjadi rupawan, kuat, sehat, terkenal dan kaya raya. Semuanya ingin digenggam erat-erat.
Sayangnya, tidak semua hal bisa mendukung apa yang diinginkan. Lalu, jika sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan menghampiri, timbullah kekesalan, kekecewaan, ketidakpuasan, dan hal-hal sejenisnya. Apa yang sudah melekat tidak ingin dilepas lagi.