Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata Berbuat Baik itu Lebih Enak dari Kue Donat

20 Agustus 2022   05:20 Diperbarui: 20 Agustus 2022   05:22 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternyata Berbuat Baik itu Lebih Enak dari Kue Donat (gambar: tastingtable.com, diolah pribadi)

Ternyata seru sekali.

Setelah semua anak mendapatkan jatah camilannya, mereka pun akhirnya bubar. Saya langsung mendekati sepeda motor saya yang terparkir di pinggir jalan dan segera mengendarainya.

Ajaibnya, tiba-tiba suasana hati saya berubah menjadi begitu bagus! Padahal sudah seminggu saya terus merasa sedih dan bermuram durja, tetapi mendadak saya merasa bersemangat dan bersukacita, rasanya semangat hidup saya kembali lagi.

Saya segera mencari tahu ketika sudah sampai di rumah. Ternyata ini adalah fenomena psikologis dan neurosains. Ketika seseorang berbuat baik, tubuh akan mengeluarkan beberapa hormon yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu dopamin, serotonin, endorfin, dan oksitosin.

Hormon ini tentu sudah familiar bagi kita. Dopamin merupakan hormon yang muncul ketika kita sedang jatuh cinta atau mendapatkan pujian dari seseorang; sedangkan serotonin merupakan hormon yang sangat membantu dalam mengatasi kecemasan maupun depresi, juga merupakan hormon yang membantu kita untuk tidur nyenyak.

Di sisi lain, endorfin merupakan hormon yang dapat mengurangi rasa sakit, sedangkan oksitosin juga merupakan salah satu hormon yang muncul saat kita jatuh cinta atau ketika kita sedang memeluk orang yang kita sayangi.

Keempat hormon kebahagiaan yang luar biasa itu bisa dimunculkan dalam satu waktu hanya dengan berbuat baik!

Secara psikologis, hal yang terjadi pada saya juga ada alasannya. Ketika mengalami patah hati, saya mendapatkan penolakan dari orang yang saya anggap berharga. Penolakan ini memunculkan rasa tidak berharga dalam diri ("apakah saya tidak seberharga itu sehingga bisa ditinggalkan begitu saja oleh dia?"). Perasaan tidak berharga ini yang membuat saya tidak bersemangat dan uring-uringan.

Ketika saya berbuat baik, orang yang saya bantu menunjukkan rasa syukur dan rasa gembiranya. Hal ini memunculkan perasaan berharga, sebab kehadiran saya ternyata bisa memberikan kegembiraan kepada orang lain.

Artinya, saya merasa bahwa kehadiran saya bernilai bagi orang lain. Sistem psikologis saya akan merekam hal ini dan mengembalikan rasa keberhargaan diri yang sempat menurun drastis sebelumnya.

Ah, ternyata berbuat baik memiliki efek yang begitu dahsyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun