Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Tiga Sahabat Sejati yang Belajar dari Anak SMP

18 Juli 2022   05:05 Diperbarui: 18 Juli 2022   05:15 5515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tiga Sahabat Sejati yang Belajar dari Anak SMP (gambar: hindustantimes.com, diolah pribadi)

Zul membalas dengan gaya yang cukup keras, "jangan mentang-mentang jadi ketua, semua minta serba jadi dong!!!"

Dul yang sedari tadi diam, kemudian ikut nimbrung, "lu orang ngapain sih. Mestinya ditanggapi santai saja, kita kan semua sahabat." Tapi, tidak ada lagi respons lanjutan. Hari itu, grup perpesanan ditutup dengan sepi.

Diam-diam ada sedikit penyesalan di hati Tom. Ia berpikir jika Zul adalah sahabatnya sedari kecil. Seharusnya obrolan santai tidak dibawa terlalu serius. Tapi meskipun sudah disadari, yang namanya ego sulit hilang. Tetap saja Tom bergeming. Diapun diam, tidak lagi ketik obrolan hingga berhari-hari lamanya.

Hari itu, seperti biasa Tom sedang mengajar. Secara kebetulan ada mata pelajaran kerja kelompok. Kira-kira ada lima kelompok kerja dengan masing-masing ketua kelompoknya.

Tugas Tom adalah mengawasi dan memberikan supervisi. Saat menjalankan tugasnya dengan serius, perhatiannya tertuju kepada kelompok tiga. Kelompok ini berdiskusi dengan tenang di bawah arahan ketua kelompoknya. Sementara grup yang lain krasa-krusu, tidak tahu apa yang mau dikerjakan.

Tom lalu memperhatikan dengan seksama. Semakin diperhatikan semakin menarik. Ketua kelompoknya benar-benar memandu tim. Selain mengarahkan, ia juga tidak segan membantu anggotanya.

Tom tercenung. Luar biasa, masih SMP tapi sudah mampu menunjukkan kepiawaian dalam kerja kelompok.

Sedetik kemudian, Tom terhenyak. Ia langsung teringat kepada kejadian beberapa hari lalu. Sungguh sebuah pukulan telak baginya. Anak SMP telah mengajarkannya sesuatu hal yang berguna pada hari itu. Mengapa yang sederhana sampai terlupakan?

Pengalaman kerja kelompok tiga anak SMP disekolahnya begitu melekat. Dua hari merenung dan berpikir, kesalahan ini harus diperbaiki. Tapi sudah terlanjur panas beberapa hari lalu.

 "Gue harus jadi satria tangguh, jangan karena hal beginian persahabatan jadi rusak. Harus segera diselesaikan bagaimanapun caranya", celetuk Tom.

Diambillah perangkat pintar diatas meja kerjanya, "Zul, Dul, selamat sore. Sebelumnya gue mau minta maaf. Beberapa hari lalu emosi dan gue akuin salah. Besok kita ketemu di tempat biasa ya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun