Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Siapakah Aku di Antara 3 Jenis "Aku"?

14 Maret 2022   04:55 Diperbarui: 14 Maret 2022   05:02 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapakah Aku di Antara Tiga Jenis "Aku" (samehadaku.co.id, diolah pribadi)

Siapakah diriku sebenarnya? Saya sering bertanya, karena sejujurnya, diriku pun tak tahu siapakah sosok yang sedang hidup ini.

Terkadang saya bisa tertawa, meskipun kata-kata kotor keluar dari mulut lawan bicara. Tapi, saya pun bisa marah, hanya karena kerlingan mata yang mengisyaratkan.

Terkadang saya bisa memuji orang lain karena tindak-tanduknya. Tapi, lebih sering memaki seseorang yang tidak saya kenali.

Terkadang saya merasa si dia berhak mendapatkan penghargaan. Tapi, tentu ia tidak lebih baik dariku.

Memang benar apa kata orang, manusia itu unik.

Kalau mau ditelaah lagi, kita adalah bentukan batin dari berbagai pengalaman yang telah dilalui. Aku terbentuk dari segala pikiran, ucapan, tindakan, dan reaksi yang saya terima sebagai balasan.

Tapi, masa sih saya tidak mengenal siapa diriku? Untuk itu, marilah kita membedakan Aku dan tiga jenis "Aku."

"Aku" Pertama

Katakanlah dulu "Aku" adalah seorang yang sangat berkuasa. Tibalah saatnya ia pensiun.

"Tidak mudah, semua perjuangan-ku aku rintis dari nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."

Tetiba ia merasa tidak dihargai lagi, apa yang dulu ia lakukan serasa sudah tidak lagi berarti. Ia merasa diabaikan, dan suka menyendiri.

Terkadang "Aku" suka mengungkapkan kekecewaannya. Ia marah terhadap situasi, orang-orang di sekitar, bahkan mungkin kepada dirinya sendiri.

"Aku" suka mengumpat atas setiap keputusan orang lain. Memperhatikan setiap kabar yang muncul, mana tahu ada yang gagal. Ia puas dengannya.

Si "Aku" pertama ini merasa bahwa dirinya kini lebih rendah dari orang lain.

"Aku" Kedua

Katakanlah si "Aku" baru saja memperoleh kesuksesan. Ia menjadi kaya karena usahanya yang lagi naik daun.

"Tidak mudah, semua usaha-ku dimulai dari nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."

Si "Aku" merasa bahwa harta yang dimiliki sudah setara dengan puncak Himalaya. Ia tak mau lagi turun, walau hanya setapak.

Ia memilih teman, takut kepada mereka yang ingin memanfaatkannya. Si "Aku" juga merasa berhak menyampaikan kabar kebenaran, bahwa dirinya adalah yang terbaik.

Mereka yang tak mau mendengarkan adalah bodoh, mereka yang tidak bisa melakukan adalah goblok, mereka yang tidak memuji adalah tolol.

Si "Aku" kedua ini merasa bahwa dirinya kini lebih tinggi dari orang lain.

"Aku" Ketiga

Lalu ada si "Aku" ketiga. Ia menyadari kesalahan dari "Aku" yang pertama dan kedua. Berada pada posisi yang tidak setara adalah tidak baik.

"Tidak mudah, semuanya adalah nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."

Untuk itu, "Aku" selalu menyamakan posisinya dengan semua orang. Si "Aku" ini tidak masalah berteman dengan siapa saja. Dari kaum bangsawan hingga rakyat jelata.

Si "Aku" ini tidak senang jika orang memperlakukannya spesial. Ia juga akan marah jika orang lain memandang enteng dirinya.

Di dalam kamus "Aku" ketiga ini, semua orang adalah sama-setara.

Mari kita renungkan; Apakah benar ada Aku?

Secara kasat mata, fakta, dan logika, Aku dan "Aku" tiada bedanya, namun... 

Jika diri dipuji, adakah perbedaan? Apakah bunga-bunga bermekaran, apakah mendung tiba-tiba terang? Atau apakah diri benar-benar melayang? Semuanya hanya serasa, karena berada di dalam pikiran.

Jika diri dimaki, apakah ada perubahan? Akankah tercium bau busuk? Atau petir menyambar-nyambar? Semuanya hanya terasa, karena berada di dalam pikiran.

Demikian pula dengan kepemilikan, adakah "ku" yang sebenarnya" Mobil-ku, handphone-ku, sepatu-ku. Semua hanya untuk menandakan identitas, karena "ku" tidak lagi menjadi-ku setelah semuanya rusak.

Begitu pula dengan perjuangan-ku, usaha-ku, atau kesetaraan-ku. Semua ada masa kadaluarsanya.

Si "Aku" ini hanyalah buatan pikiran semata-mata. Ia sudah lama berada di sana dan mengakui atau menolak banyak hal yang tidak sesuai kebiasaan.

"Aku" sangat memabukkan, karena gerakannya yang terlalu cepat. Ia ada di dalam batin kita, dan melekat bagaikan cicak. Ia adalah Kelekatan (Pali: Upadana).

Jadi, di manakah sebenarnya Aku?

Karena secara kasat mata, fakta, dan juga logika, tiada bedanya. Maka Aku dan "Aku" sebenarnya sama saja. Sama-sama tidak ada.

Adalah kesadaran (Pali: Sati) yang mampu melihat dan menyadarinya. Hal ini akan menjadi jelas bila pikiran sedang hening dalam meditasi.

Kesadaran akan melihat "Aku" dengan jelas muncul. Lalu kesadaran akan mendorong semua hal tentang diri ini sebagai "Aku." Bahwa pikiran, ucapan, dan tindakan adalah bagian dari "Aku" juga.

Lalu, apa manfaatnya?

Kesadaran akan membuat diri kita melihat Aku sebagai sesuatu apa adanya. Apabila kesadaran sering hadir pada keseharian, maka seseorang akan terus melakukan hal-hal baik tanpa membanding-bandingkannya dengan yang lain.

Berbuat baik dengan kerendah-hatian, itu karena hadirnya kesadaran. Bukan karena konsep-konsep pemikiran tertentu yang mengutamakan Aku dan mendiskreditkan kamu.

Cobalah hening, dan sadari, siapakah Aku?

**

Berdasarkan Dhammadesana dari: YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera

**

Makassar, 14 Maret 2022

Penulis: Rudy Gunawan untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi, mettasik,rudy gunawan
dokumen pribadi, mettasik,rudy gunawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun