Terkadang "Aku" suka mengungkapkan kekecewaannya. Ia marah terhadap situasi, orang-orang di sekitar, bahkan mungkin kepada dirinya sendiri.
"Aku" suka mengumpat atas setiap keputusan orang lain. Memperhatikan setiap kabar yang muncul, mana tahu ada yang gagal. Ia puas dengannya.
Si "Aku" pertama ini merasa bahwa dirinya kini lebih rendah dari orang lain.
"Aku" Kedua
Katakanlah si "Aku" baru saja memperoleh kesuksesan. Ia menjadi kaya karena usahanya yang lagi naik daun.
"Tidak mudah, semua usaha-ku dimulai dari nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."
Si "Aku" merasa bahwa harta yang dimiliki sudah setara dengan puncak Himalaya. Ia tak mau lagi turun, walau hanya setapak.
Ia memilih teman, takut kepada mereka yang ingin memanfaatkannya. Si "Aku" juga merasa berhak menyampaikan kabar kebenaran, bahwa dirinya adalah yang terbaik.
Mereka yang tak mau mendengarkan adalah bodoh, mereka yang tidak bisa melakukan adalah goblok, mereka yang tidak memuji adalah tolol.
Si "Aku" kedua ini merasa bahwa dirinya kini lebih tinggi dari orang lain.
"Aku" Ketiga
Lalu ada si "Aku" ketiga. Ia menyadari kesalahan dari "Aku" yang pertama dan kedua. Berada pada posisi yang tidak setara adalah tidak baik.
"Tidak mudah, semuanya adalah nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."