Siapakah diriku sebenarnya? Saya sering bertanya, karena sejujurnya, diriku pun tak tahu siapakah sosok yang sedang hidup ini.
Terkadang saya bisa tertawa, meskipun kata-kata kotor keluar dari mulut lawan bicara. Tapi, saya pun bisa marah, hanya karena kerlingan mata yang mengisyaratkan.
Terkadang saya bisa memuji orang lain karena tindak-tanduknya. Tapi, lebih sering memaki seseorang yang tidak saya kenali.
Terkadang saya merasa si dia berhak mendapatkan penghargaan. Tapi, tentu ia tidak lebih baik dariku.
Memang benar apa kata orang, manusia itu unik.
Kalau mau ditelaah lagi, kita adalah bentukan batin dari berbagai pengalaman yang telah dilalui. Aku terbentuk dari segala pikiran, ucapan, tindakan, dan reaksi yang saya terima sebagai balasan.
Tapi, masa sih saya tidak mengenal siapa diriku? Untuk itu, marilah kita membedakan Aku dan tiga jenis "Aku."
"Aku" Pertama
Katakanlah dulu "Aku" adalah seorang yang sangat berkuasa. Tibalah saatnya ia pensiun.
"Tidak mudah, semua perjuangan-ku aku rintis dari nol." Demikian yang terpatri di kepala "Aku."
Tetiba ia merasa tidak dihargai lagi, apa yang dulu ia lakukan serasa sudah tidak lagi berarti. Ia merasa diabaikan, dan suka menyendiri.