Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Secret Club - Chapter 15

29 Maret 2019   06:47 Diperbarui: 29 Maret 2019   12:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Freddy berdiam sebentar dan berusaha mendenger suara bisikan tersebut.

Suara bisikan mulai terdengar dan terdengar makin jelas. Kata-kata tersebut tidak memiliki arti, seperti orang yang mumbling atau berbicara asal saja. Aku merasakan sebuah suara yang sedang kesakitan dan meminta tolong.

Makin lama suara tersebut makin keras.

Makin keras.

Suara tersebut berteriak dikepala kita. Aku merasakan suara tersebut bukan orang yang marah melainkan orang yang sedang kesakitan. Aku menutup mata dan menutup kuping dan berusaha menahan suara yang keras itu.

Aku membuka mataku aku melihat tubuhku telah diikat dan aku melihat seseorang sedang mengasah pisau. Suara besi yang diasah tersebut sangat nyaring. Aku merasa suara besar ini disebabkan oleh ruangan yang tertutup. Ruangan tertutup itu semua lantai dan dinding dilapisi oleh marmer, seperti ruang bedah mayat. 

Ruang tersebut aku masih bisa merasakan bau yang menyengat, seperti bau darah dan sesuatu bau yang membusuk. Aku merasa aku berada di dalam basement. Aku melihat sebuah teriakan beberapa gadis remaja yang mulutnya sedang dibungkam. Baberapa orang dimasukan dalam sebuah kandang kecil.

Aku merasakan ketakutan yang sangat lebih. Aku seperti melihat sebuah film horror di depan mata. Aku melihat salah satu korbannya dirobek perutnya dan juga dikulit. Rasanya pembunuh ini seperti melakukan percobaan pada kita semua.

Pembunuh mendekati salah satu korban dengan membuka buku catatan kecilnya dan melihat sesuatu. Dia memasukan buku kecilnya ke dalam sakunya. Dia tersenyum dan menatap korbannya. Dia dengan langsung mencekik korban yang terikat itu.

Setelah korbannya mati lemas, dia mulia memotong jari kelingkingnya sebagai piala atau suvernir. Jari kelingking itu disimpan ke dalam sakunya.
Dia mendekati aku, dia mulai memotong jari kelingkingku. Dia tidak peduli aku kesakitan dan teriakku, karena mulutku telah disumpal. 

Aku dengan tanpa sadar langsung menyundul kepalanya dan mengambil pisaunya itu. Aku langsung memotong taliku dan lari meninggalkan tempat itu.  Aku melihat cahaya terang, aku cuma berlari menuju cahaya terang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun