Aku masih melihat mereka berdua berjalan di lorong bandara ini. Anggun Bundanya, dan lucunya anakku, mungkin ini kal terakhir aku dapat melihatnya. Sampai pesawat lepas landas-pun aku masih di bandara. Hingga pesawat itu benar-benar hilang di balik awan.
Aku menghampiri kendaraan-ku. Keluar dari tempat parkir. Aku mendapat secarik kertas bergambar coretan tangan. Tergambar seorang anak kecil di tengah ayah dan Bundanya. Tertulis “Andina sayang Ayah dan Bunda”. Meledaklah isi jantungku. Aku Buang tulisan itu. Aku bunyikan irama music di dalam mobil ini keras-keras. Memasuki jalan sepi, aku pacu kendaraan ini hingga mendekati titik maksimal. Matahari terlalu menyengat nurani. Tak bisa kubendung lagi, aku berteriak, dan pecahlah tangisku....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H