Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Naturalisasi Tak Hanya di Lapangan Hijau, Tetapi akan Merambah Meja Bedah

4 Juli 2024   10:45 Diperbarui: 9 Juli 2024   13:57 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah lo! Naturalisasi atau asing, Pak Menteri? Berikut saya memberikan pandangan awam tentang kebijakan non-populis ini.

Pak Menteri Harus Clear-kan Dahulu, Naturalisasi atau Asing

Sebagai orang awam, yang lebih paham urusan sepakbola daripada kedokteran, saya sebenarnya menyambut baik jika Naturalisasi Dokter dilakukan untuk menambah kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Syaratnya sama seperti pemain bola, punya setengah darah Indonesia, dan mengabdi sepenuhnya untuk Indonesia. 

Calvin Verdonk, Thom Haye, Marten Paes, Jay Idzes dkk bisa dikatakan merupakan gerbong mercusuar "keberhasilan" membawa pulang bakat-bakat terbaik Indonesia yang berada di luar negeri. Prosesnya juga ketat loh, harus mengikuti aturan FIFA, hubungan diplomasi antara dua federasi negara, baru kemudian diproses oleh lembaga legislatif Indonesia.

Nah, 6.000 dokter tadi kalau saya hitung-hitung, sewajarnya sih mustahil akan di naturalisasi semua. Tidak bisa membayangkan bertapa sibuknya Bu Puan Maharani dan DPR mengesahkan 6.000 dokter ini sekalipun tidak di satu waktu. 

Bisa jadi memang ini dokter asing, ya?

Nah, pertanyaan ini yang harus dijawab dahulu oleh Menkes Budi Gunadi. Karena kalau Naturalisasi, saya rasa masih banyak yang pro. Tapi kalau murni asing, ya pantaslah banyak yang marah. Lahan cari makan warga sendiri kok malah digelontor Warga Negara Asing.

Flashback Statement Prabowo Subianto Mengenai Kekurangan Dokter

Mengingat jabatan Kabinet Presiden Jokowi hanya tinggal hitungan bulan, saya jadi penasaran ingin flashback lagi pernyataan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di debat Capres lalu mengenai kurangnya dokter di Indonesia.

Beliau tidak secara khusus membicarakan mengenai 6.000 nyawa bayi yang berpotensi memiliki kelainan jantung bawaan. Tetapi, rasio 1:1.000 yang ditetapkan WHO (World Health Organization) memang belum bisa dipenuhi Indonesia. Maksudnya, 1 dokter paling tidak mewakili 1.000 orang. 

"Kami akan segera mempercepat mengatasi kekurangan dokter di Indonesia. Kita kekurangan sekitar 140.000 dokter dan itu akan kita segera atasi dengan cara kita akan menambah fakultas kedokteran di Indonesia. Dari yang sekarang 92, kita akan membangun 300 fakultas kedokteran," ujar Prabowo saat debat kelima Capres dikutip dari kompas.com.

Jadi secara holistik, Prabowo Subianto sadar bahwa ada kekurangan dari sisi jumlah, tetapi tidak menggunakan istilah "impor dokter asing" sebagai solusinya. Beliau berjanji akan menambah menjadi 300 Fakultas Kedokteran.

Janji tetaplah jani, kebijakan adalah hal lain. Di sini adalah peran praktisi (para dokter) maupun konsumen (masyarakat) yang harus menyorot kebijakan ini secara terbuka, seperti halnya TAPERA.

Bidan dan Perawat Bisa Jadi Penambah Skala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun