Nah lo! Naturalisasi atau asing, Pak Menteri? Berikut saya memberikan pandangan awam tentang kebijakan non-populis ini.
Pak Menteri Harus Clear-kan Dahulu, Naturalisasi atau Asing
Sebagai orang awam, yang lebih paham urusan sepakbola daripada kedokteran, saya sebenarnya menyambut baik jika Naturalisasi Dokter dilakukan untuk menambah kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Syaratnya sama seperti pemain bola, punya setengah darah Indonesia, dan mengabdi sepenuhnya untuk Indonesia.Â
Calvin Verdonk, Thom Haye, Marten Paes, Jay Idzes dkk bisa dikatakan merupakan gerbong mercusuar "keberhasilan" membawa pulang bakat-bakat terbaik Indonesia yang berada di luar negeri. Prosesnya juga ketat loh, harus mengikuti aturan FIFA, hubungan diplomasi antara dua federasi negara, baru kemudian diproses oleh lembaga legislatif Indonesia.
Nah, 6.000 dokter tadi kalau saya hitung-hitung, sewajarnya sih mustahil akan di naturalisasi semua. Tidak bisa membayangkan bertapa sibuknya Bu Puan Maharani dan DPR mengesahkan 6.000 dokter ini sekalipun tidak di satu waktu.Â
Bisa jadi memang ini dokter asing, ya?
Nah, pertanyaan ini yang harus dijawab dahulu oleh Menkes Budi Gunadi. Karena kalau Naturalisasi, saya rasa masih banyak yang pro. Tapi kalau murni asing, ya pantaslah banyak yang marah. Lahan cari makan warga sendiri kok malah digelontor Warga Negara Asing.
Flashback Statement Prabowo Subianto Mengenai Kekurangan Dokter
Mengingat jabatan Kabinet Presiden Jokowi hanya tinggal hitungan bulan, saya jadi penasaran ingin flashback lagi pernyataan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di debat Capres lalu mengenai kurangnya dokter di Indonesia.
Beliau tidak secara khusus membicarakan mengenai 6.000 nyawa bayi yang berpotensi memiliki kelainan jantung bawaan. Tetapi, rasio 1:1.000 yang ditetapkan WHO (World Health Organization) memang belum bisa dipenuhi Indonesia. Maksudnya, 1 dokter paling tidak mewakili 1.000 orang.Â
"Kami akan segera mempercepat mengatasi kekurangan dokter di Indonesia. Kita kekurangan sekitar 140.000 dokter dan itu akan kita segera atasi dengan cara kita akan menambah fakultas kedokteran di Indonesia. Dari yang sekarang 92, kita akan membangun 300 fakultas kedokteran," ujar Prabowo saat debat kelima Capres dikutip dari kompas.com.
Jadi secara holistik, Prabowo Subianto sadar bahwa ada kekurangan dari sisi jumlah, tetapi tidak menggunakan istilah "impor dokter asing" sebagai solusinya. Beliau berjanji akan menambah menjadi 300 Fakultas Kedokteran.
Janji tetaplah jani, kebijakan adalah hal lain. Di sini adalah peran praktisi (para dokter) maupun konsumen (masyarakat) yang harus menyorot kebijakan ini secara terbuka, seperti halnya TAPERA.