Sebuah contoh bagus saya dapatkan dari Jerman, mengenai keberadaan Oxfam Shop. Dalam Oxfam Shop ini menjual berbagai barang bekas, tentu layak pakai atau layak guna, dengan harga relatif murah. Pakaian bekas, lukisan, jam tangan ataupun perabot rumah tangga yang tidak terpakai bisa dibeli pada toko tersebut.
Oxfam sendiri merupakan organisasi nirlaba yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi, bekerja sama dengan mitra lainnya untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia. (Sumber : wikipedia)
Oxfam Shop di atas dapat diadaptasi dalam sebuah pergerakan kolektif di RT atau RW untuk mengumpulkan barang bekas yang masih layak guna untuk diperjualbelikan. Pasarnya tentu tidak hanya di kalangan warga, tetapi bisa diekspansi lagi menjadi toko online maupun offline.Â
Metode konsinyasi memungkinkan usaha kolektif ini dilakukan tanpa menggunakan modal uang. Tinggal bagaimana proses laundry-ing ataupun pembersihan produk bekas tersebut dilakukan. Bisa dilakukan secara mandiri oleh penitip, ataupun oleh penjual dengan ada biaya tambahan.
Peran Perempuan dalam Kampung Madani Berkelanjutan
Dari beberapa ide di atas, bisa menjadi sumber menghasilkan nilai ekonomi sebagai stimulus bagi ibu-ibu sebagai agen pembangunan berkelanjutan. Nilai ekonomis yang didapatkan, bisa untuk membeli barang tepat guna untuk mendukung penyelesaian masalah lingkungan, seperti tempat sampah "biru-kuning" maupun lampu jalan solar panel.
Tidak perlu menunggu dorongan dari pemerintah dahulu, jika Kampung Madani ini berjalan baik tentu pemerintah akan datang dengan sendirinya bahkan bersedia menjadi partner kerjanya. Transisi energi adil menjadi tonggak semangat untuk perwujudannya.
Jadi, peran perempuan sebagai subyek hulu ke hilir pengelolaan limbah, sangatlah besar dalam membentuk Kampung Madani yang berkelanjutan. Sudah waktunya memberikan ruang kepada pengetahuan dan ide perempuan yang juga merupakan praktisi proses ini.
Jika berjalan dengan baik, maka saya dan para bapak-bapak lainnya punya pekerjaan lebih penting lainnya dalam masyarakat selain membersihkan selokan. Efisiensi, dan sekali lagi, resiliensi, akan menumbuhkan masyarakat menjadi lebih baik lagi. Tidak terus dinina-bobokkan oleh pengalaman, tetapi maju mewujudkan ide dan gagasan.
Demikian dan keep improve our resilience.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H