Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membangun Resiliensi Peran Perempuan dalam Kampung Madani

15 Juni 2024   08:55 Diperbarui: 15 Juni 2024   08:56 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilot project Kampung Madani juga turut membina masyarakat demi kemajuan ekonomi desa.(Dok. PNM) via kompas.com

Sebuah perbincangan singkat yang menjelaskan, bahwa kaum perempuan juga sangat bisa berperan dalam menangani isu lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. Teori sudah didapatkan, bahwasanya di daerah saya Surabaya, sejak 2023 sudah digalakkan mengenai gerakan Kampung Madani oleh Pak Walikota Eri Cahyadi.

Dalam situs Disdukcapil Surabaya, Kampung Madani dapat diartikan sebagai kampung yang dalam menjalankan roda kehidupan dan kemasyarakatan mengedepankan prinsip gotong-royong, keswadayaan dan kemandirian ekonomi. (Sumber : www.disdukcapil.surabaya.go.id)  

Jadi kesadaran masyarakat dan pemerintah untuk membentuk Kampung Madani ternyata sudah ada. Namun mengapa belum bisa dirasakan secara merata? Mungkin masih kurang satu hal, membangun resiliensi.

Membangun resilensi merujuk pada sebuah tindakan bangkit dari runtutan kondisi yang dirasa tidak nyaman ataupun buruk. Memang kondisi buruk tersebut merupakan hal yang relatif di kalangan banyak orang, tetapi jika kita bisa membangun resiliensi untuk bangkit, kehidupan yang lebih baik akan menunggu di depan mata.

Dalam kondisi kampung saya, saya dan Bu Sariyo membutuhkan sebuah resiliensi untuk mengubah mindset kerja bakti untuk lebih dari sekedar gotong royong. Penyampaian mengenai isu lingkungan, solusi, bahkan Kampung Madani harus lebih dikedepankan guna menciptakan habit (kebiasaan) baru di kampung saya.

Protagonis yang wajib dikedepankan adalah peran perempuan. Bapak-bapak, yang mayoritas harinya dihabiskan dengan bekerja, tentu akan kurang waktu mempelajari isu lingkungan sekalipun mereka berada di posisi strategis pimpinan RT (Rukun Tetangga) ataupun RW (Rukun Warga).

Maka dari itu ibu-ibu atau perempuan, yang sudah diberdayakan oleh pemerintah dalam kehidupan kemasyarakatan, harus diberi ruang lebih untuk mensosialisasikan ide dan gagasan mengenai isu lingkungan. Peranan yang sangat penting, karena produksi hingga pengolahan limbah rumah tangga juga mayoritas diperankan oleh para kaum hawa.

Adalah hal penting, supaya pengalaman dan ide mereka tidak hanya untuk didengar, tetapi diejawantahkan dalam suatu karya yang bisa membentuk Kampung Madani. Sisi ekonomi yang menjadi soal (di kampung saya), bisa juga dicarikan solusinya dengan tekun melaksanakan ide-ide yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk lebih "menghasilkan" sehingga menjadi stimulus.

Berikut ini saya jabarkan beberapa ide pengolahan limbah yang sudah ada, agar dapat menghasilkan keuntungan dari sisi ekonomi. Tentu yang saya kedepankan disini adalah ide-ide dengan modal minim.

1. Pengelolaan Bank Sampah (non-organik)

Sudah menjadi program di kampung saya, pun juga di kampung lainnya, Bank Sampah bisa memberikan manfaat ekonomi yang cukup lumayan. Limbah non-organik yang mempunyai nilai, seperti plastik, kertas, kardus, besi, dll bisa dikumpulkan di pengepul atau rombeng untuk ditukar dengan sejumlah uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun