Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dimensi Part 1 (Smart Blood) - Anak Haram (001)

19 Februari 2024   20:00 Diperbarui: 19 Februari 2024   20:07 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karakter Houtarou Oreki dalam komik Hyouka sebagai intepretasi Demian Harris. sumber : www.fandomspot.com

"Anak-anak, siapa yang sudah pernah menonton Game of Thrones?" 

"Saya, Bu!"

"Saya, Bu Niken. Rachel, Bu, Saya sampai selesai nonton prekuelnya House of the Dragon.."

"Oke, oke.. Gustaf dan Rachel. Coba Gustaf pilih satu tokoh yang kamu suka, Siapa?"

"Emmmm.. Daenerys Targaryen, Bu... hahahaha"

Sontak jawaban anak berbadan paling besar di kelas yang duduk di bangku depan ini menggugah tawa mesum teman-teman pria lainnya.

"Hahahaha... Mantapp Gustaf!"

"Suuiitt... suuiiitt...."

Baca juga: (Nominasi Oscar

"eheemmm...eheeemmm..."

"Eh, eh, eh.. Kalian ya ternyata.. Tadi saya tanya siapa yang sudah pernah menonton kalian banyak yang diam, giliran Gustaf nyebut Daenerys kalian malah cengengesan. Jangan-jangan kalian nonton yang "itu"nya saja ya?"

"Tidak, Bu Niken. Jangan salah sangka. hehehe. Saya ngefans sama Daenerys bukan karena hal negatif, Bu."

"Terus apanya, Gustaf?"

"Ya karena julukannya, Bu. Mother of Dragon."

"Yang lebih spesifik dong, Taf. Semua juga tau dia Ibu Naga." Rachel yang feminis menyela sebal.

"Eh apasih, Chel. Ngikut aja."

"Huuuuu." pasukan pembela Gustaf menyoraki Rachel.

"Jawab saja pertanyaan Rachel, Taf. Memang itu juga mau Ibu tanyakan. Masa ketua kelas jawabannya hanya begitu."

"Oke, oke. Begini, Guys. Saya suka tokoh yang memang ditakdirkan menjadi pemimpin. Pemimpin itu 20 persen dibentuk, tapi 80 persen nya adalah garis tangan. Garis tangan itu bisa turun dari orang tua atau leluhur, dalam case Daenerys ini tentu dari garis House of Targaryen."

"Jadi, maksudmu Kamu suatu saat akan menjadi Jenderal seperti Kakekmu, Taf ?" tanya Rachel dengan nada sinis.

"80 persen, Iya. Sisanya aku harus berusaha untuk masuk Akmil dan sebagainya."

"Ciee.. Ciee.. Jenderal Gustaf Nainggolan. Tapi lebih cocok log-in aja Kamu jadi Gus Taufany, Taf." Andy Brata rekan Gustaf paling setia menimpali, disertai gelak tawa dan seruan campur aduk semua anak di kelas, kecuali satu anak yang duduk di sudut kanan belakang yang terus memandangi ke arah luar jendela.

"Sudah-sudah. Oke itu tadi jawaban dari Gustaf. Sekarang giliran kamu, Rachel. Siapa tokoh yang paling kamu suka?"

"Pasti Kit Harrington. Iya kan, Chel? Hahahaha" ledek Andy yang kepalanya semakin membesar setelah bisa bikin se kelas tergelak.

"Sotoy Kamu, Ndy. Siapa juga yang suka pemeran pria. Huffttt"

"Oke, yang lain diam! Sekarang kita dengarkan jawaban Rachel."

"Terimakasih Bu Niken. Tokoh yang saya suka adalah Arya Stark. Dia lambang keberanian keluarga Stark serta seluruh Westeros. Karena Arya-lah Night King mati."

"Ya elah, itu sih karena beruntung aja, Chel. Lagian kan semua cerita fiksi pasti ada aja "pahlawan kebetulan" macam Arya." sahut Gustaf mengejek.

"Kebetulan bagaimana? Dia satu-satunya Stark yang paling berani hadapi Night King seorang diri. Dia kehilangan sosok orang tua dan paling masuk akal jadi Raja Westeros dibandingkan Bran!"

Sosok anak pria yang termenung di pojok kanan tadi tiba-tiba tersentak, mencari sumber suara opini barusan.

"Sudah, anak-anak. Tidak perlu salang menghakimi. Semua pilihan tidak ada yang salah. Inilah namanya relevansi karakter. Dimana tokoh, artis atau orang penting yang cenderung sesuai dengan pemikiran kita, akan kita jadikan sosok protagonis kita. Mereka yang kita idolai ini biasanya punya karakter, latar belakang, atau ide yang sama dengan kita. Tidak apa-apa.. Gustaf suka dengan takdir Daenerys, sementara Rachel dengan keberanian Arya."

"Lalu apa hubungannya semua ini dengan pelajaran Fisika, Bu Niken?" tanya Andy Brata yang kali ini baru teringat kebingungannya sedari tadi.

"Nah tumben pertanyaanmu berbobot, Ndy.."

"Yee malah di ceng-in bu Niken. Saya sama sekali ga ngikutin Game of Thrones soalnya, Bu."

"Huuuuuu... Jadul Lu Ndy"

"Nonton Shaun The Sheep aja lu.."

"Hahahahaha" sekelas jadi pecah lagi karena keluguan Andy Brata.

"Anak-anak, tidak masalah kalau Andy tidak menontonnya. Ini yang Ibu mau jelaskan ke kalian di tengah semester satu ini. Kalian tahun depan sudah masuk dunia perkuliahan. Di sinilah kalian akan punya kesempatan sepenuhnya untuk memilih apa yang jadi jalan hidup kalian ke depan. Di SMA ini kalian hanya ada 3 pilihan. Masuk Science, Sosial atau Sastra, dan Ibu yakin mayoritas kalian semua masuk IPA karena prestige atau dorongan orang tua. But It's oke, Nak."

"Nilai Fisika kalian di tengah Semester 1 ini sudah menunjukkan hal itu. Andy, Gustaf, Cheria, kalian misalnya, tidak perlu berkecil hati jika nilai kalian tidak sebaik Demian dan Rachel, karena kalian pasti mempunya relevansi bidang kesukaan yang lain. Gustaf misalnya, kejar terus potensi kamu di Akmil. Andy juga, kalau kamu lebih condong ke arah IT sebagai Gamers atau Game Developers, keep it up. Cheria juga dengan bakat balet nya."

Semua anak kini menyimak dengan seksama nasehat dari Guru Fisika sekaligus Guru Kelas 12 B tersebut. Termasuk Demian Harris, yang tadi urung menyela pernyataan Rachel di tengah lamunannya.

"Saya realistis saja sebagai Guru, Nak. Patokannya bagi kalian ber-dua puluh hanya ada pada SKM, Standar Kelulusan Minimum. 65. Tentu Ibu berharap kalian semua punya nilai jauh di atas dari SKM. Mulai sekarang, Ibu mau ada perubahan sistem belajar." sejenak Bu Niken mengatur nafasnya.

"Perubahan bagaimana, Bu?" Rachel terlihat kebingungan.

"Daenerys mengajari Jon Snow cara menunggangi Naga, jadi Ibu inginkan kelas ini ada dua tutor yang bantu Ibu mengajar di kelas tambahan nanti. Anak putra akan diasistensi oleh Demian, sementara anak putri diasistensi oleh Rachel."

"Tapi, Bu... " Rachel menyela, namun belum usai menutup mulutnya.

"Apa untungnya bagi Kami, Bu?" Demian mengajukan pertanyaan ini dengan wajah datar, tangan mengatup dan menopang dagunya.

"On Point, Dem. Ibu yakin kamu akan bersuara kali ini. Jika kalian berdua bisa bantu naikkan rata-rata nilai Fisika di kelas 12 B mengungguli kelas 12 A di Ujian Akhir Semester 1, kita buat Barbeque Party di rumah Bu Niken malam tahun baru nanti."

"Tapi kan UAS-nya Minggu depan, Bu?" Rachel masih bersungut.

"Ya itu tergantung usaha kalian semua. Satu kelas. Gustaf, pimpin teman-temanmu. Manfaatkan dua Targaryen itu untuk belajar Fisika."

"Ehh.. Oke baik, Bu! Saya minta disiapkan wine juga tahun baruan nanti, Bu?" Gustaf menawar.

"Haiiss. Dasar kamu, Gustaf. Oke, Ibu siapkan 4 botol nanti utuk kalian."

"Yeayyy"

"Asikkk!!"

"Dem, gimana? Setengah botol buatmu nanti." Teriak Gustaf ke arah teman yang duduk jauh di belakangnya.

KRIINNNNNGGGGG!!! KRINGGGGG!!!! KRINGGGGGGGGGG!!!!

Tepat bel kelas berbunyi, seraya Demian Harris merapikan dua buku di mejanya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya, ia berbisik,

"Oke. Deal."

 

Beberapa menit kemudian hanya tersisa bu Niken Kumala dan Demian yang duduk hanya terpisah dua bangku kelas.

"Dem, soal lomba antar Kota besok kamu gak papa kan kasih jalan dulu ke Rachel?"

"Iya, Bu Niken. Saya paham. Hanya saja saya tidak bisa berpaling dari hadiah 2 juta nya, Bu. Ibu tahu saya sangat butuh uang itu."

"Kalau masalah uang, pakai dulu uang Ibu, Dem. Ibu sudah anggap kalian semua sama seperti anak ibu sendiri."

"Maaf tapi sekali lagi harus saya tolak, Bu. Saya tidak bisa mendaftar kuliah di ITB dengan jerih payah orang lain."

"Tuh kan, kamu masih idealis sekali. Ya, oke Nak, Ibu tidak paksa. Masih ada beberapa bulan untuk kamu daftar di ITB. Emmm... Begini saja. Ibu kenalkan kamu dengan Pak Gondo ipar Ibu, dia penjaga lab IT di ITS Mulyosari. Tahun depan siapa tahu kamu bisa bantu Pak Gondo sepulang sekolah. Syukur-syukur, kamu bisa masuk ITS jalur paling cepat."

"Tuh kan ITS lagi. Yang terbaik ada di Bandung. Bukan disini.."

"Ayolah, Dem. Ibu tahu kamu juga pasti bisa masuk ITB, atau bahkan ke Harvard sekalipun kalau kamu ada uang. Tapi ini tentang ibumu, Nak. Jaga dulu beliau sampai sembuh. Kalau sudah sehat, tahun depannya lagi kamu daftar ulang saja di Kampus manapun yang kamu suka."

"Hufftt. Iya, baik Bu. Saya nanti segera menemui Pak Gondo."

"Nah begitu kan lebih baik, Nak. Jangan paksa dirimu. Tuhan pasti buka jalan bagi Kamu dan Ibumu."

"Terimakasih sekali lagi, Bu. Maaf tadi saya tidak sopan menagih imbalan untuk UAS besok, apalagi saya anak beasiswa di SMA 15 ini. Ibu saya di rumah juga tadi titip salam ke Bu Niken, terimakasih sudah jadi Ibu kedua bagi saya di sini."

"Ya, itu sudah jalan Ibu, Nak. Kamu tau juga kalau Ibu belum punya anak di usia setengah abad ini. Kalian lah kebahagiaan Ibu bersama anak kelas lainnya."

"Eh.. Iya Bu. Maaf kalau jadi membahas hal tersebut."

"It's Oke. Ayo pulang dulu saja, pasti ditunggu ibumu di rumah."

Demian Harris pun segera menarik kursinya untuk berdiri, dan menyalami Bu Niken Kumala dengan menyentuhkan tangan tua guru teladan tersebut ke dahinya. Berjalan sampai di pintu kelas, Bu Niken memanggilnya lagi.

"Dem, yang tadi.. Jon Snow kan protagonis-mu?"

"Bukan, Bu. Bran.. Bran Stark."

"Hah, kenapa?"

"Karena dia bisa kembali ke masa lalu, Bu. Dan harusnya dia bisa buat Jon Snow lebih baik lagi."

"Lebih baik bagaimana?"

"Bran bisa buat Jon Snow tidak perlu dicap sebagai Anak Haram lagi, Bu."

"Demian.. Ayolah. Jangan terlalu personal."

Demian pun hanya menyunggingkan senyumnya sambil mengangguk tanda pamit kepada guru yang sangat dicintai murid kelas 12 B ini.

Bu Niken Kumala bangkit dari duduknya, menuju bangku Demian Harris di pojok kanan belakang. Ia berdiri merapat ke jendela, sambil menatap bangunan yang sedari tadi dilihat Demian sewaktu pelajaran, Penjara Sang Timur.  

- Greg, 19/2/24

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun