"Yee malah di ceng-in bu Niken. Saya sama sekali ga ngikutin Game of Thrones soalnya, Bu."
"Huuuuuu... Jadul Lu Ndy"
"Nonton Shaun The Sheep aja lu.."
"Hahahahaha" sekelas jadi pecah lagi karena keluguan Andy Brata.
"Anak-anak, tidak masalah kalau Andy tidak menontonnya. Ini yang Ibu mau jelaskan ke kalian di tengah semester satu ini. Kalian tahun depan sudah masuk dunia perkuliahan. Di sinilah kalian akan punya kesempatan sepenuhnya untuk memilih apa yang jadi jalan hidup kalian ke depan. Di SMA ini kalian hanya ada 3 pilihan. Masuk Science, Sosial atau Sastra, dan Ibu yakin mayoritas kalian semua masuk IPA karena prestige atau dorongan orang tua. But It's oke, Nak."
"Nilai Fisika kalian di tengah Semester 1 ini sudah menunjukkan hal itu. Andy, Gustaf, Cheria, kalian misalnya, tidak perlu berkecil hati jika nilai kalian tidak sebaik Demian dan Rachel, karena kalian pasti mempunya relevansi bidang kesukaan yang lain. Gustaf misalnya, kejar terus potensi kamu di Akmil. Andy juga, kalau kamu lebih condong ke arah IT sebagai Gamers atau Game Developers, keep it up. Cheria juga dengan bakat balet nya."
Semua anak kini menyimak dengan seksama nasehat dari Guru Fisika sekaligus Guru Kelas 12 B tersebut. Termasuk Demian Harris, yang tadi urung menyela pernyataan Rachel di tengah lamunannya.
"Saya realistis saja sebagai Guru, Nak. Patokannya bagi kalian ber-dua puluh hanya ada pada SKM, Standar Kelulusan Minimum. 65. Tentu Ibu berharap kalian semua punya nilai jauh di atas dari SKM. Mulai sekarang, Ibu mau ada perubahan sistem belajar." sejenak Bu Niken mengatur nafasnya.
"Perubahan bagaimana, Bu?" Rachel terlihat kebingungan.
"Daenerys mengajari Jon Snow cara menunggangi Naga, jadi Ibu inginkan kelas ini ada dua tutor yang bantu Ibu mengajar di kelas tambahan nanti. Anak putra akan diasistensi oleh Demian, sementara anak putri diasistensi oleh Rachel."
"Tapi, Bu... " Rachel menyela, namun belum usai menutup mulutnya.