8. Memanusiakan Brand Kita
Kita perlu mengingat bahwa bisnis dijalankan oleh manusia, dan manusia dapat melakukan kesalahan. Portofolio yang mencakup proyek-proyek yang gagal akan dapat lebih memanusiakan brand kita dan membuatnya lebih relevan. Klien lebih mungkin dapat terhubung dengan bisnis yang tidak takut menunjukkan kelemahan namun berani terus bangkit.Â
Dengan berbagi cerita tentang kegagalan, kita menciptakan narasi yang relevan dan autentik, yang membedakan bisnis kita dari pesaing yang mungkin hanya menampilkan citra brand yang sempurna.
9. Gambaran Realistis dari Operasional Bisnis
Bisnis pada dasarnya merupakan hal yang penuh risiko, dan tidak ada organisasi yang realitanya dapat berharap terus menerus untuk berhasil 100% sepanjang waktu. Calon klien dan mitra tentunya akan menyadari hal ini.Â
Dengan menyajikan gambaran realistis tentang operasional bisnis kita—termasuk keberhasilan dan kegagalan—kita menetapkan ekspektasi yang tepat pada mereka. Transparansi ini membantu mengelola hubungan klien dengan memupuk lingkungan komunikasi terbuka dan saling pengertian sejak awal.
10. Bentuk Kredibilitas dengan Klien Berpengalaman
Klien yang berpengalaman, terutama mereka yang berkecimpung di industri langsung yang sering menghadapi ketidakpastian, mungkin akan sangat waspada terhadap portofolio yang tidak menyebutkan adanya kegagalan. Mereka tahu bahwa kegagalan sering kali menjadi bagian dari proses suatu entitas ketika terjun langsung ke industri.Â
Dengan mengakui dan berbagi pengalaman ini, kita akan jauh dapat membangun kredibilitas dengan klien yang lebih menghargai pengalaman praktis daripada kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menghadapi tantangan dunia nyata dan mampu mengatasinya.
11. Kegagalan sebagai Alat Bisnis Strategis