Portfolio bisnis merupakan bentuk track record bagaimana kita berkiprah di dunia industri. Adanya portfolio bisnis berfungsi sebagai alat penting untuk memamerkan penawaran, pencapaian, dan nilai proposisi dari perusahaan kita.Â
Portofolio membantu mengomunikasikan kekuatan, keberagaman, dan strategi bisnis yang pernah kita lakukan secara keseluruhan.
Di sisi lain, dalam dunia bisnis, kesuksesan sering kali disorot, dirayakan, dan dipamerkan sebagai sebuah pencapaian. Tak jarang para pemain bisnis berupaya menunjukkan bagaimana track record bisnis mereka terlihat menonjol.Â
Hal tersebut akhirnya membuat seakan bisnis yang mereka lakukan lancar-lancar saja dan malah berkembang.
Meskipun begitu, di sisi lain, sebenarnya kegagalan, meskipun sesuatu hal yang jarang diagungkan, memainkan peran yang sama pentingnya dalam pertumbuhan, inovasi, dan kemajuan bisnis. Saat menyusun portofolio bisnis, banyak orang cenderung menghindar untuk menyertakan proyek yang gagal karena takut memiliki kesan buruk.Â
Namun, apakah cara berpikir ini benar-benar pendekatan yang tepat? Kenyataannya, proyek yang gagal bisa sama berharganya, bahkan lebih berharga, daripada proyek yang berhasil. Berikut alasannya:
1. Membuktikan Bisnis Kita Belajar dari Kesalahan
Kegagalan adalah bagian yang tak terelakkan dari setiap perjalanan bisnis. Kegagalan merupakan komponen penting dari proses pembelajaran. Dengan memamerkan proyek yang gagal dalam portofolio kita, kita tidak hanya menunjukkan kekurangan atau kesalahan melainkan justru menggambarkan bagaimana pengalaman itu mengajarkan kita pelajaran berharga.Â
Bisnis yang mampu menunjukkan kemampuan mereka untuk belajar dari kesalahan dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk kesuksesan di masa mendatang.Â
Dengan menyertakan proyek-proyek yang gagal memungkinkan kita untuk berbagi pengetahuan yang telah kita peroleh, sehingga memperjelas bahwa bisnis kita dapat beradaptasi dan berkembang lebih tangguh.
2. Membangun Kepercayaan Lewat Transparansi
Di pasar digital saat ini, keaslian dan transparansi menjadi semakin penting. Klien dan mitra akan sangat menghargai kejujuran, dan menyertakan proyek yang gagal tersebut dapat menjadi bukti keterbukaan kita. Portofolio yang hanya diisi dengan kisah sukses mungkin terlihat terlalu bagus namun mencurigakan atau tidak realistis.Â
Portofolio yang seimbang, di sisi lain, akan mencerminkan tantangan dan ketidakpastian bisnis yang sebenarnya. Dengan bersikap terbuka tentang kegagalan, kita menunjukkan bahwa kita dapat dipercaya dan memiliki integritas untuk mengakui suka dan duka perjalanan bisnis kita.
3. Bentuk Ketahanan dan Kemampuan Beradaptasi Bisnis Kita
Salah satu sifat utama yang dicari klien dari mitra bisnis adalah ketahanan—kemampuan untuk bangkit kembali dari titik nol bahkan negatif dan terus maju. Adanya proyek yang gagal merupakan kesempatan untuk menunjukkan hal tersebut.Â
Jika sebuah proyek tidak berjalan sesuai rencana tetapi kita dapat menemukan cara untuk mengubah haluan, beradaptasi, atau berinovasi sebagai hasilnya dalam bisnis kita, hal tersebut tetaplah layak untuk disorot.Â
Pengalaman tersebut menunjukkan kemampuan kita untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dan bagaimana kita dapat mengatasi kesulitan tanpa menggagalkan tujuan jangka panjang kita.
4. Studi Kasus untuk Menunjukkan Keterampilan Kita dalam Pemecahan Masalah
Kegagalan tidak selalu berarti akhir dari sebuah proyek. Sering kali, kegagalan berarti kita memikirkan kembali strategi, mengidentifikasi kelemahan, dan menemukan solusi yang kreatif.Â
Dengan menyertakan proyek yang gagal dalam portofolio kita, kita dapat menunjukkan bagaimana tim bisnis dari kita berhasil memecahkan masalah, bahkan dalam situasi sulit. Ini adalah kesempatan untuk memberi tahu klien potensial bahwa ketika terjadi kesalahan, bisnis kita tidak akan hancur—tetapi akan menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut secara langsung.
5. Memberi Penekanan pada Eksperimen dan Inovasi
Banyak proyek yang gagal sebenarnya merupakan akibat dari bereksperimen dengan ide, teknologi, atau pasar yang baru. Bisnis yang merangkul adanya bentuk inovasi pasti akan rawan mengalami kemunduran. Meskipun begitu, kegagalan ini amat penting untuk mendorong batasan kita dan justru mengembangkan solusi baru.Â
Apabila itu disertakan dalam portofolio kita, kegagalan ini menunjukkan kemauan kita untuk mengambil resiko, berinovasi, dan menjelajahi wilayah-wilayah bisnis yang sebelumnya belum dipetakan. Klien yang menghargai inovasi akan menghargai pendekatan kita yang lebih berpikiran maju, bahkan jika itu berujung pada kegagalan.
6. Menunjukkan Adanya Metodologi Bisnis yang Berevolusi
Setiap kegagalan menghadirkan peluang untuk menyempurnakan proses dan metodologi kita. Proyek yang gagal mungkin akan memperlihatkan adanya inefisiensi yang pernah terjadi dalam alur kerja, komunikasi, hingga kepada alokasi sumber daya yang ada.Â
Meskipun begitu, dengan tetap membahas bagaimana proyek-proyek ini gagal dan adanya pembelajaran membantu kita meningkatkan pendekatan kita, dimana kita dapat menunjukkan komitmen kita terhadap peningkatan berkelanjutan. Hal ini dapat memberi klien keyakinan bahwa kita terus berkembang dan mengoptimalkan cara kita menjalankan bisnis.
7. Kegagalan sebagai Awal Kesuksesan
Banyak bisnis yang sukses dapat melacak pencapaian mereka kembali ke masa di mana mereka sempat mengalami kegagalan sebelumnya. Sebuah proyek yang awalnya gagal dapat menjadi peletakan dasar bagi kesuksesan di masa mendatang.Â
Dengan menyertakan kisah-kisah "awal kesuksesan" ini dalam portofolio kita, kita menunjukkan bagaimana perusahaan kita telah berkembang dari waktu ke waktu dan bagaimana kegagalan telah berkontribusi pada pertumbuhan tersebut. Hal ini memposisikan kegagalan sebagai batu loncatan, bukan sebagai sebuah jalan buntu.
8. Memanusiakan Brand Kita
Kita perlu mengingat bahwa bisnis dijalankan oleh manusia, dan manusia dapat melakukan kesalahan. Portofolio yang mencakup proyek-proyek yang gagal akan dapat lebih memanusiakan brand kita dan membuatnya lebih relevan. Klien lebih mungkin dapat terhubung dengan bisnis yang tidak takut menunjukkan kelemahan namun berani terus bangkit.Â
Dengan berbagi cerita tentang kegagalan, kita menciptakan narasi yang relevan dan autentik, yang membedakan bisnis kita dari pesaing yang mungkin hanya menampilkan citra brand yang sempurna.
9. Gambaran Realistis dari Operasional Bisnis
Bisnis pada dasarnya merupakan hal yang penuh risiko, dan tidak ada organisasi yang realitanya dapat berharap terus menerus untuk berhasil 100% sepanjang waktu. Calon klien dan mitra tentunya akan menyadari hal ini.Â
Dengan menyajikan gambaran realistis tentang operasional bisnis kita—termasuk keberhasilan dan kegagalan—kita menetapkan ekspektasi yang tepat pada mereka. Transparansi ini membantu mengelola hubungan klien dengan memupuk lingkungan komunikasi terbuka dan saling pengertian sejak awal.
10. Bentuk Kredibilitas dengan Klien Berpengalaman
Klien yang berpengalaman, terutama mereka yang berkecimpung di industri langsung yang sering menghadapi ketidakpastian, mungkin akan sangat waspada terhadap portofolio yang tidak menyebutkan adanya kegagalan. Mereka tahu bahwa kegagalan sering kali menjadi bagian dari proses suatu entitas ketika terjun langsung ke industri.Â
Dengan mengakui dan berbagi pengalaman ini, kita akan jauh dapat membangun kredibilitas dengan klien yang lebih menghargai pengalaman praktis daripada kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menghadapi tantangan dunia nyata dan mampu mengatasinya.
11. Kegagalan sebagai Alat Bisnis Strategis
Dengan kita memamerkan proyek yang gagal, secara strategis juga sebenarnya dapat membantu kita menarik jenis klien yang tepat—mereka yang menghargai pertumbuhan jangka panjang daripada kesuksesan jangka pendek.Â
Jika klien melihat bahwa kita bersedia bereksperimen, beradaptasi, dan meningkatkan diri, mereka cenderung akan bermitra dengan kita dalam proyek yang membutuhkan fleksibilitas dan inovasi. Dalam banyak kasus, klien yang menghargai bisnis yang belajar dari kegagalan adalah mereka yang menawarkan peluang paling menarik untuk pertumbuhan.
12. Membangun Kepercayaan Diri dalam Tim Kita
Selain membangun kepercayaan dengan klien, dengan menyertakan proyek yang gagal, kita dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam tim internal kita. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi kita menghargai eksperimen dan tidak takut adanya kegagalan.Â
Hal ini dapat menumbuhkan budaya inovasi, di mana anggota tim merasa berdaya untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan (calculated risk), dengan mengetahui bahwa meskipun suatu proyek gagal, fokusnya akan pada pembelajaran dan pertumbuhan, bukan kepada menyalahkan.
13. Memberikan Konteks untuk Keberhasilan di Masa Depan
Jika kita berani menyertakan secara bijak, proyek-proyek yang gagal akan memberikan konteks yang berharga bagi keberhasilan kita di masa mendatang. Proyek yang awalnya gagal tetapi kemudian menghasilkan terobosan dapat menawarkan sebuah narasi yang menarik.
Dengan merinci cara kita mengatasi tantangan, pelajaran apa yang kita peroleh, dan cara kita menerapkan pelajaran tersebut pada proyek mendatang, kita menciptakan kasus yang lebih menarik bagi kemampuan bisnis kita untuk berkembang dan maju.
Penutup: Belajar Membingkai Ulang Kegagalan sebagai Peluang
Memasukkan proyek yang gagal ke dalam portofolio bisnis kita secara mendasar bukanlah tentang memamerkan kelemahan—melainkan tentang menyoroti pertumbuhan, ketahanan, dan inovasi bisnis kita.Â
Klien tidak mengharapkan kesempurnaan; mereka mengharapkan profesionalisme, kemampuan beradaptasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Dengan berbagi pelajaran yang dipelajari dari kegagalan, kita dapat memposisikan bisnis kita sebagai mitra yang dinamis dan berpikiran maju yang memahami cara mengubah suatu kondisi kemunduran menjadi peluang.
Pada akhirnya, kegagalan bukanlah cerminan ketidakmampuan, tetapi bukti kemauan kita untuk mengambil resiko, bereksperimen, dan berkembang secara bisnis. Menyertakan proyek yang gagal dalam portofolio kita menunjukkan bahwa bisnis kita tangguh, transparan, dan selalu bergerak maju, terlepas dari hambatan yang dihadapi di sepanjang jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H