Mohon tunggu...
Gregorius Benito Grady Avian
Gregorius Benito Grady Avian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar yang hobinya nyetrika milo sachet-an.

Menulis ketika senja, hujan, dan di saat patah hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Es Krim

4 April 2022   11:50 Diperbarui: 4 April 2022   12:05 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ih….. Kamu jangan bercanda deh. Aku beneran baper loh.”

“Ya, aku gak bohong. Sekarang, aku mau nanya sama kamu.” Kata ku perlahan.

Aku lalu melanjutkan kata - kata ku, “Kamu mau gak, jadi….. Pacarku?” Kata ku dengan rasa takut.

“A - aku” Kata mu dengan terbata - bata. Kamu lalu melanjutkan, “Juga mencintai…..mu”

Kata - kata itu seakan mengejutkan ku. Aku sungguh tak percaya akan jawaban mu. Aku sangat senang mendengarnya. Kamu lalu berkata

“Aku mau menjadi pacarmu, Ren” Katamu dengan tersenyum. 

Lalu, aku memelukmu dengan erat. Aku lalu mengeluarkan air mata, Air mata kebahagiaan. Kamu juga memeluk ku erat, seakan pelukan itu tak ingin di lepaskan. Aku lalu melihat wajahmu, kamu tersenyum manis dengan tatapan bahagia itu. Kamu lalu berkata kepadaku

“Makasih ya, Sayang.”

                                                                                                                                    *****

Aku lalu terbangun di suatu ruangan. Ruangan itu seperti kamar ICU. Aku terbangun oleh suara yang berisik. Suara itu berasal dari Elektrokardiogram yang merekam detak jantung seseorang yang berhenti. Aku lalu panik, dan aku melihat seseorang yang terbaring lemas di kasur putih itu. Ya, itu kamu. Kepalamu penuh darah, lututmu pun demikian, begitu pula dengan tanganmu. Di ruangan itu penuh dengan keluargamu, mereka menangisimu. Aku lalu menghampirimu, tetapi aku tidak bisa merasakan kaki kiri ku. Aku lalu melihat kearah kaki kiri ku, dan aku perlahan melihat kaki kiri ku di lapisi perban. Aku lalu menangisimu. Semua keluarga mu itu menyadarinya.

Aku tak kuasa menahan air mataku itu. Aku menangis sekeras - kerasnya. Aku meneriaki nama mu, badan ku sampai lemas karena nya. Orangtua mu berusaha menguatkanku, mereka juga berusaha merelakan kepergian mu itu. Clarissa, asalkan kau tau bahwa aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku, namun kamu terlalu cepat untuk meninggalkan ku, tak tersisa. Yang tersisa dari mu hanyalah sebuah kenangan. Kenangan saat itu, Saat kita di taman sambil menikmati sebuah es krim strawberi kesukaan mu itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun