Meskipun situs ini adalah batu megalitikum, ternyata baru ditemukan pada tahun 1951 oleh rombongan transmigran Biro Rekonstruksi Nasional (BRN). Selang 29 tahun kemudian, tepatnya tahun 1980 barulah dilakukan penelitian oleh arkeolog dari Jakarta.
Situs Megalitikum Batu Brak berada di bawah pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten.
Penataan dan pemugaran terhadap situs ini kemudian dilakukan pada tahun 1984 hingga tahun 1989. Penataan disesuaikan pula dengan unsur pendidikan dan wisata sehingga dapat menjadi daya tarik bagi bagi orang yang ingin mempelajari atau berwisata di sini.
Batu Pemujaan terhadap Roh Nenek Moyang
Dari hasil penelitian arkeolog yang diringkas dalam profil situs, diketahui bahwa situs Batu Brak tidak digunakan untuk pemakaman. Tetapi merupakan tempat pemujaan, utamanya memuja roh leluhur mereka di zaman itu.
Pada zaman megalitikum, manusia yang masih hidup memiliki kepercayaan bahwa ada hubungan antara mereka yang sudah meninggal dengan yang masih hidup. Orang yang sudah meninggal, diyakini rohnya masih hidup dan berkumpul di suatu tempat.
Roh-roh ini, memiliki kekuatan dan dapat mendatangkan musibah jika tak diperhatikan melalui pemujaan-pemujaan. Juga memiliki kekuatan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka yang masih hidup di dunia.
Jenis Batu pada Situs Batu Brak
Dari tulisan para mahasiswa KKN-DR UIN RIL Purajaya 2022, paling tidak terdapat empat jenis batu megalitik di sana, yaitu batu dolmen, batu menhir, batu umpak, dan batu datar.
Jenis batuan lain yang dapat ditemukan di sana, berupa manik-manik dari batuan kornelian. Juga terdapat fragmen tembikar dan fragmen keramik asing.