Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Berwarna Hitam (Part - 2)

1 April 2019   11:24 Diperbarui: 1 April 2019   11:27 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak ingin putus," katanya. Saat itu wajah Vanita terlihat berharap, suaranya terdengar memohon.

Kami duduk berhadapan dan aku hanya termangu mendengar kalimatnya. Berpikir, lalu berkata, "tidak. Kau memang ingin putus dariku," kataku, menatapnya datar.

"Hei, aku tidak pernah bilang begitu." Spontan jidatnya membentuk kerutan.

"Kau memang tidak pernah bilang, tapi sikapmu terlihat jelas menginginkan putus dariku."

Wajah Vanita tampak sedikit emosi dengan napas terlihat naik turun. Sadar dengan sikapnya yang mulai memperlihatkan protes, aku tidak ingin menunggu perempuan itu mengeluarkan kalimat tambahan.

"Aku pernah menjalani hubungan dengan orang lain, begitu pun denganmu. Mungkin kau terbiasa mencemburui mereka habis-habissan dan mencurigai segala hal yang ada pada mantanmu. Tapi aku, kekasihmu yang sekarang tidak ingin menjalani hubungan dengan perasaan tertekan seperti itu." Sesaat kutatap wajahnya dan secepatnya melanjutkan kalimat, "aku tidak ingin bersama dengan perempuan yang selalu berubah menjadi menyeramkan ...." Sampai di kalimat itu wajah Vanita terlihat tidak terima, karena itu berarti, ketika ia marah wajahnya menjadi sangat menakutkan jauh dari paras cantik dan menggemaskan. Oh, please ....

Dengan suara bergetar, Vanita kembali meminta hal yang sama seperti beberapa menit sebelumnya. "Ernest, aku tidak ingin putus darimu," katanya dengan air mata yang menggenang.

Aku diam, menatap datar. Berpikir dan bertanya pada diri sendiri, haruskah mengikuti keinginannya?

"Aku berjanji semua akan berubah." Wajah Vanita memperlihatkan ketulusan.

"Tidak mungkin. Ini pasti akan terjadi lagi." Dan aku tidak berani berharap.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun