Dahulu, Ningrum kecil gadis yang sering dihina. Orang selalu mengejeknya jelek dan miskin. Darma adalah remaja baik hati yang senantiasa membelanya. Sayang, saat dewasa Darma memilih Ayu, seorang perawan lugu, kembang desa putri Kuwu Kandanghaur. Darma terkenal sebagai lelaki setia dan baik. Belum pernah sekali pun dia bermain mata dengan perempuan lain.
Namun kini, di bawah temaram sinar purnama, lelaki itu memadu cinta dalam buai nikmat nan laknat bersama Ningrum.
Mereka larut dalam bisikan setan, hingga terdengar jerit pilu yang menyayat hati, serupa lolongan ajak hutan.
Esoknya, warga Kandanghaur digegerkan dengan penemuan sepasang manusia telanjang mati dalam keadaan gancet[5] di bawah pohon waru yang doyong.
Karena susah dipisahkan, mereka digotong pulang ke rumah keluarganya. Kedatangan jenazah dengan kondisi tak biasa itu disambut isak tangis kerabat. Tersiar kabar kalau mereka terkena kutukan hantu penunggu Waru Doyong yang marah, karena telah berbuat tak senonoh.
Dari bayang akar bakau, tampak sesosok perempuan bersembunyi, sebuah seringai terukir di bibirnya.
"Pergilah ke neraka, manusia-manusia laknat!"
Perempuan itu Ayu. Matanya menggelap dalam kabut dendam. Lalu tertawa jumawa. Sesungguhnya dendamnya kepada mereka berdua sangat dalam. Suaminya, tergila-gila kepada Ningrum. Setiap malam hanya nama penari itu yang disebut suaminya kala mereka menggapai puncak asmara.
Untuk menjaga kepercayaannya, Ayu dan Darma terikat sumpah ilmu, barang siapa yang berkhianat akan mati bersama selingkuhannya.
Subang, 31 Januari 2021
Catatan kaki :