Mohon tunggu...
Gloria Pitaloka
Gloria Pitaloka Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga dan Penulis

Perempuan yang mencintai bumi seperti anak-anaknya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ronggeng Terakhir

11 Juni 2023   20:00 Diperbarui: 11 Juni 2023   20:08 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu, Ningrum kecil gadis yang sering dihina. Orang selalu mengejeknya jelek dan miskin. Darma adalah remaja baik hati yang senantiasa membelanya. Sayang, saat dewasa Darma memilih Ayu, seorang perawan lugu, kembang desa putri Kuwu Kandanghaur. Darma terkenal sebagai lelaki setia dan baik. Belum pernah sekali pun dia bermain mata dengan perempuan lain.

Namun kini, di bawah temaram sinar purnama, lelaki itu memadu cinta dalam buai nikmat nan laknat bersama Ningrum.

Mereka larut dalam bisikan setan, hingga terdengar jerit pilu yang menyayat hati, serupa lolongan ajak hutan.

Esoknya, warga Kandanghaur digegerkan dengan penemuan sepasang manusia telanjang mati dalam keadaan gancet[5] di bawah pohon waru yang doyong.

Karena susah dipisahkan, mereka digotong pulang ke rumah keluarganya. Kedatangan jenazah dengan kondisi tak biasa itu disambut isak tangis kerabat. Tersiar kabar kalau mereka terkena kutukan hantu penunggu Waru Doyong yang marah, karena telah berbuat tak senonoh.

Dari bayang akar bakau, tampak sesosok perempuan bersembunyi, sebuah seringai terukir di bibirnya.

"Pergilah ke neraka, manusia-manusia laknat!"

Perempuan itu Ayu. Matanya menggelap dalam kabut dendam. Lalu tertawa jumawa. Sesungguhnya dendamnya kepada mereka berdua sangat dalam. Suaminya, tergila-gila kepada Ningrum. Setiap malam hanya nama penari itu yang disebut suaminya kala mereka menggapai puncak asmara.

Untuk menjaga kepercayaannya, Ayu dan Darma terikat sumpah ilmu, barang siapa yang berkhianat akan mati bersama selingkuhannya.

Subang, 31 Januari 2021

Catatan kaki :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun