"Aku bukan khayalan, lihat saja di kamar itu, ada foto-fotoku semasa ia kecil."
"Kalau begitu, tengoklah lemarinya, ada juga gambarku di sana, berlembar-lembar."
Tak lama keduanya sirna setelah tokoh kita tidak lagi berhasil mengingat-ingat di mana ia menyimpan semua kepingan visual. Kamarnya bukan lagi yang dulu. Kini hanya hamparan tanah ditumbuhi ilalang. Walau tokoh kita tetap menganggapnya sebagai rumahnya yang berdampingan dengan tempat tinggal kedua perempuan itu.
Orang-orang berdatangan tak lama kemudian, membaca doa dan menabur bunga di atas ketiga nisan tak bernama.
"Takdir kadang aneh, seringkali memisahkan ketiga orang yang sebenarnya saling mencintai," kata salah seorang di antaranya.
"Kau tak usah berkomentar, nasib kita sama semua." Seorang lain menimpali sambil tetap membaca doa agar dirinya dan semua orang yang ada di beri ketenangan. Termasuk dua perempuan dan tokoh kita.
Suasana mendadak hening, kecuali sang penunggu kuburan yang sejak tadi mendengar suara-suara orang, entah dari mana asalnya. Yang ia tahu, pada malam di awal Desember selalu ada kejadian seperti itu.
*****
Granito, Jakarta 1 Desember 2017