Tapi jelas, bukan maksud gadis itu merajam perasaan tokoh kita, hingga di kepalanya seolah ada dua orang sedang berdiskusi.
Bahkan pada sore yang sama, si gadis sedang duduk di pelataran kafe, menikmati secangkir kopi racikan terbaru. Ia, gadis  itu, tak mengerti ada pemuda yang kini sedang memikirkannya. Walaupun tak dapat pula ditampik, ia menangkap semacam sinyal batin yang tersambung ketika teman si gadis datang membawa majalah dan tas belanja bergambar laki-laki yang terlukis bergaya pop art yang sepertinya ia kenal, sepertinya ia telah akrab bertahun-tahun lamanya.
Derai air juga turun di atap kafe, bagai ketukan halus yang teratur merangsang batin dari siapapun yang mendengarnya. Perkusi alam, bianglala dari segala musik yang diciptakan manusia, bagaimana mungkin tidak menyentuh perasaan?
"Kau sudah lama di sini?"
"Ya, aku menunggumu sedari tadi."
"Maksudmu, aku atau gambar lelaki yang kau pandang ini?"
"Dua-duanya."
"Kalau begitu, kau mengenalnya?"
"Tentu. Aku pernah dekat dengan dia."
"Aha, kalian pacaran pastinya?"
"Yah, bisa dibilang begitu."