[caption caption="Foto : Nito & Arako"][/caption]
Matanya sipit seperti anak Jepang, berambut pendek dan agak gelap kulitnya –kebanyakan kena terik matahari. Dia tetanggaku, tempat tinggalnya berjarak sepuluh rumah dari kediamanku. Namanya Arako, nama yang menurutku lebih cocok untuk tokoh komik.
Aku suka memerhatikannya, soalnya orangnya unik, bertingkah layaknya anak laki-laki: memanjat pohon, bermain gundu dan tidak pernah memakai rok. Kata teman-teman, Arako memang tomboi, mungkin ada semacam percampuran kromosom dari dua sifat yang seimbang. Satu-satunya yang menandakan dia cewek adalah kebiasaannya curhat diselinggi air yang kerap menitik dari sudut matanya.
“Kambingku hilang,” katanya di suatu senja.
“Jelas saja, wong nggak pernah diikat.”
“Biasanya tidak begitu, pasti pulang kalau sore.”
“Barangkali kambingmu ingin mengembara.”
“Kamu, tuh, ya. Aku serius malah dibecandain. Huh!”
“Hewan juga ingin kebebasan, seperti kita.”
“Seperti kita?”