Ada tokoh lain yang telah berkontribusi dalam perkembangan tari payung. Yakni, Sjotian Naan dan Djarmis Sutan Bagindo. Kontribusi Sjotian Naan adalah memberikan komposisi warna pada tari payung yang bersumber dari cerita dan cerita rakyat.
Improvisasi yang dilakukan dalam tarian ini menonjolkan simbol-simbol identitas daerah Minangkabau, walaupun masih ada batasan ukuran baju dan isinya.Â
Selain Shortian, Djarmis Sutan Bagindo juga mengubahnya, tetapi komposisinya tetap mengikuti pola tari payung yang ada.Â
Ia hanya mengubah dimensi dan bentuk batin teks tari. Setelah itu, tari layar juga mengalami dinamika horizontal. Terutama dari siswa Sjofian, yakni Sjofyani Yusaf, Gusmiati Suid, dan Hoerijah Adam.Â
Karakter-karakter ini memainkan peran yang berbeda dalam mengembangkan tari payung sesuai dengan kreasi mereka sendiri. Dari komposisi yang dibuat selama ini. Karya Sjofyani Yusuf adalah salah satu yang paling terkenal hingga saat ini.
Meskipun ada banyak perubahan dalam aransemen tari. Namun, tari payung tetap mengusung tema cinta dengan iringan yang disebut Babendibendi.Â
Berdasarkan sejarah tari payung ini menunjukan nilai budaya yang kuat yang juga jadi karakter bangsa. Jadi, kita juga harus tetap berusaha untuk melestarikan tari payung ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H