lalu tangan kita mencengkram rambutnya,
bergelantungan di leher leher kepalsuan
duh..belenggu rantai di tangan kita,
lama memasung kepala.
lantaran leher leher itu menghembus angin panas,
menutupi lukamu dengan lukanya.
duh...fajar yang mulai menyingsing,
cahayamu memancar kepada tunas yang lesu
karna ia begadang menunggu hujan,
matanya menjadi buta warna
kelak kembangnya menebar aroma kegelapan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!