Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Randu

13 September 2018   23:28 Diperbarui: 13 September 2018   23:38 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. Djoko pekik

Randu-randu yang gagah duduknya,meranggas,

bulir kecambah berterbangan mencari cahaya senja,

musim ini musim nyanyian punakawan,

melagu nostalgia,

sedu-sedu dan menyedu rakyatku,

disimpan dalam saku, dan

sebelum malam beringsut fajar,matahariku

Pancaranmu adalah huruhara, dan wajahmu

sekumpulan rupa-rupa bianglala.

Duh...musim ngeri,

bukit kerontang menggelepar isi kebon binatang

laut bergelombang, buruh-nelayan dibawah tiang pancang

mengorek-ngorek bebatuan,

bila ketemu akar panjang mulutnya menganga,

gemintang tak pasti,

tapi perut lapar mesti tetap pasti, lalu

matahari melaju ketepian cakrawala meyisakan gulana

sepi,

tempatku bertapa dibuaian emak, sesekali kutatap ia,

mataharimu mengarah ke mataku,

dari balik tapih emakku,

kapitalis panen peluh,menghisap cangklong

mengerogoti asparagus,dan

sungai darah mengalir dari mataair, mata rakyatku.

Gresik, 13 September 2018

Rasull abidin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun