Mohon tunggu...
Desi Maryati
Desi Maryati Mohon Tunggu... -

Ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Itu Kering setelah 1 tahun

7 September 2012   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rayana mengingat, mengingat, dan mengingat semuanya. Sembilu yang menyayat hatinya masiy tertancap diujung tampaknya, karena disela nafasnya yang masih terasa sesak pun ia masiy merasakan sakit yang luar biasa. berkali-kali ia memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam, namun rasanya masih tetap sama. berat dan tak meringankan sedikitpun.

"Sebaiknya lupakann saja semuanya Rayana. Kamu dan Andra adalah bagaikan langit dan bumi yang sampai kapanpun takkan pernah bisa disatukan. Jaraknya terlalu jauh rentangnya, bahkan hingga kutub utara mencairpun tetap akan sama adanya untuk kalian. peristiwa di 2010 adalah satu kesalahan yang seharusnya tidak ada. Anggap saja pembayaran hutang orang tua mu adalah sebagai pengganti waktu kamu beberapa tahun ini yang terbuang karena perasaan Andra yang keliru."

Rayana kembali membaca pesan singkat yang dikirimkan mantan calon ibu mertuanya. Sangat menohok perasaannya, merasa diremehkan bahkan merasa dianggap sangat rendah karena dinilai dengan uang. Seolah sejumlah uang dianggap mereka sebagai pengganti rasa sakit hati Rayana akan semuanya. Keluarganya yang ternyata dipandang sebelah mata, yang mereka anggap akan beres dengan dijejali sejumlah rupiah, benar-benar membuat kepalanya semakin berdenyut.

Setahun yang dibanjiri air mata karena peristiwa meninggalnya Andra, malam-malam yang ia lalui dengan lamunan akan Andra yang memang sangat ia rindukan, berhari-hari yang ia lewati dengan bercerita tentang Andra yang selalu membuat pipinya basah tanpa terasa, Andra yang selalu menjadi pemenang jika ia bandingkan dengan siapapun lelaki yang mencoba dekat dengannya. Andra yang masih selalu jadi acuannya untuk mencari pendamping. Berminggu-minggu setelah pemakaman Andra yang ia lewati dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaannya yang begitu padat namun tak juga dapat melupakannya, bahkan membuatnya hampir merugikan perusahaannya hampir bermiliyar-miliyar karena tak bisa berkompromi dengan kertas-kertas dan layar komputernya, hingga akhirnya iapun jatuh sakit dan terkapar selama beberapa malam dengan selang-selang menancap dilengannya.

"Tuhan, adilkan semua ini?ataukah aku hendak engkau naikkan kekelas yang lebih tinggi lagi dari keadaanku sekarang dengan ujianMu ini? Salahkah aku yang menganggap semua ini begitu berat untukku dan aku hampir-hampir tak dapat menopang diriku sendiri,,,Tuhan, aku tak ingin memohon yang berlebihan kepadaMu, aku hanya ingin agar Engkau menguatkan pijakanku, memantapkan langkahku, dan membukakan pemikiranku akan semua yang Engkau kehendaki,,," Rayana membatin, matanya nanar namun tak juga mengeluarkan air mata, seakan air matanya kering tak bersisa.

Rayana menyangga kepalanya dengan liipatan tangannya. Masih menatapi langit yang hanya sedikit bintangnya. Tanpa rembulan karena tertutup sebagian awan hitam yang mengisyaratkan hujan namun tak kunjung juga, sambil sesekali menikmati lolypop digenggamannya. Dan, ia baru tersadar bahwa pencarian fakta ini menghabiskan waktunya hampir 3bulan. Seakan ia jauh dari peradaban, karena selama itu pula ia menjauhi semua teman-temannya. Hanya urusan kantor yang menjadi kewajibannya dan urusan Andra yang menyita perhatiannya. Sendiri ia menyimpan semuanya. Tak tampak apapun dari air mukanya didepan beberapa temannya, termasuk sahabat-sahabat dekatnya yang biasanya ia mencurahkan isi hatinya entah apapun itu.

Terkadang hidup memang tak ubahnya seperti panggung sandiwara(seperti dalam lagu). atau bahkan beberapa kejadian seolah direncanakan manusia lainnya yang bertindak sebagai dalang. Beberapa kejadian yang sangat merugikan buat qta, terkadang begitu qta benci bahkan seolah tak ingin qta mengingat apalagi mengalaminya lagi. Kejadian buruk cukuplah sekali, siapapun tak ada yang ingin kembali mengalaminya. Tokoh antagonis ini memang tidak hanya ada dalam opera sabun televisi yang setiap jam qta lihat penuh dengan tangisan dari yang teraniaya dan dipenuhi gelak tawa kepuasan dari penguasa. Dimana uang untuk sebagian orang memang berperan sangat banyak, terkadang membuat kalap dan membuat manusia berubah jauh dari pribadi aslinya. Dengan uang terkadang(bagi mereka penguasa)apapun bisa dilakukan selama itu yang terbaik untuk mereka, pun seandainya harus merugikan orang lain terlebih melukai pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun