Mohon tunggu...
Desi Maryati
Desi Maryati Mohon Tunggu... -

Ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Itu Kering setelah 1 tahun

7 September 2012   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"habis,,,habiiiisss,,,habis jenguk sodara Teteh, yah habis jenguk sodaraaa,,," Lili yang menjawab kali ini. Dan tak satupun dari mereka yang menjawab salam Rayana, menguap karena kegugupan mereka. "Teteh ngapain disini?" lanjut Lili.

"ayoh cepat nak, Aa udah nunggu di mobil kasian,,," sebuah suara yang Rayana hafal betul muncul di belakangnya sebelum ia sempat menjawab pertanyaan Lili. Lila tampak memberikan isyarat kehadiran Rayana kepada orang itu sementara Tante Sila masiy tetap terdiam tak bergeming.

"Mamah?" Rayana terkejut ketika membalikan badannya dan melihat seseorang yang bersuara tadi. "Ada apa ini? Aa? maksutnya siapa Aa?" Rayana menyerangnya dengan beberapa pertanyaan, mantan calon Ibu mertuanya pun tak kalah terkejutnya dengan semua yang ada disana. Ada apa ini?mungkinkah ada hubungannya dengan 2kali peristiwa dalam beberapa bulan lalu? Rayanapun diserang berbagai pertanyaannya sendiri. Dan, entah kenapa tiba-tiba badannya bergetar hebat dengan degupan jantung yang kecepatannya melebihi apapun yang ada didunia ini.

Tiba-tiba pikiran Rayana segera melayang ke kejadian didepan pintu parkir keluar RS ini, ketika ia melihat seseorang disisi kiri sebuah mobil terrano berwarna hitam yang bahkan tak sempat ia lihat plat nomornya, namun ia yakin sekali mengenali pria bertopi hitam dan berjaket Abu itu. Dan, satu lagi gambaran tiba-tiba muncul dikepalanya, pria bertopi sama yang ia lihat dari atas lantai 2 sebuah toko buku di Jalan Merdeka, yang juga ia lihat masuk ke dalam mobil yang sama sebulan lalu. Ia yakin 2orang yang dilihatnya itu  adalah orang yang sama dan juga ia yakini adalah seorang yang sangat ia kenali. Dan, ingatannya akan percakapan antara pembantu rumah tangga dirumah almarhum tunangannya dengan ibu mertuanya itu tentang pakaian, alat lukis, kamera DSLR, dan juga sepatu Nike berwarna hitam merah dengan garis abu didepannya(sepatu pemberian Rayana ketika Andra hendak ke luar kota). Saat itu, Rayana juga dipenuhi berjuta pertanyaan tentang siapa yang akan memakai atau membutuhkan semua barang milik Andra itu. Namun, ketika ia bertanya kepada Ibunya itu, Ibunya Andra langsung mengalihkan pembicaraan kepada hal lainnya.

"Mamah habis check-up ARa, sekalian periksain matanya Lila,," tiba-tiba suara Ibunya Andra memecah lamunan Rayana. Jawaban itu kontradiksi dengan jawaban Lili tadi. Dan, yang lainpun menghela nafas mereka mendengar jawaban Ibunya Andra itu. Rayanapun lantas hanya terdiam. cukup lama. sebelum ia bertanya lagi.

"Siapa yang sedang menunggu di mobil mah?Tante? ada apa ini?jujurnya ARa bingung mah, Tante, kenapa semuanya begitu membuat ARa bingung? apa ini ada hubungannya dengan Kakang? ada yang bisa jelasin ke ARa tentang semua ini? tentang 3bulan yang sangat membuat ARa tidak tenang mah, tan,,,tidak tenang karena ARa bertemu dengan seseorang yang sama dalam 2kali ditmpat berbeda, namun dengan mobil yang sama dengan sopir yang sama yang ARa tahu adalah sopirnya Papahnya Kakang Mah,,," Rayana berhenti sejenak, menelan ludahnya, lidahnya tercekat karena dari belakang Ibunya muncul seseorang yang tengah ia pertanyakan. ANDRA PRIANGGARA PUTRA!!! Dya masih hidup!!!

terlambat buat Andra untuk berbalik, karena Rayana terlanjut melihat kedatangannya yang mungkin bermaksud untuk menyusul keluarganya.

"Kakang???" Rayana bertanya setengah bergumam. Menggeleng-gelengkan kepalaya dia tak percaya. Seolah disambar petir di siang hari yang sangat cerah. Seolah dunia dijatuhi langit sebanyak tujuh tingkat. semuanya hancur lebur tak berkeping.

Terlambat juga bagi mereka untuk menutupi keadaan ini. Rayana terlanjur mengetahui semuanya. Andrayana pun hanya berdiri mematung tanpa bersuara apalagi menjawab panggilan Rayana. terlebih lagi Ibunya yang hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berkata-kata.

Rayana perlahan menggerakkan kakinya. Berjalan selangkah demi selangkah, mendekati Andra yang hanya mematung ditempatnya ia berdiri, Rayana memberanikan diri mengulurkan tangannya, perlahan namun pasti tangannya menyentuh wajah yang setiap inchinya sangat ia kenali meski seandainya tak disentuhnya sekalipun. Hatinya begitu sakit, dadanya sesak sepeti dihimpit batu ribuan ton beratnya, kepalanya mendadak limbung bahkan kakinya terasa tak menapaki pijakannya. Rayana menjauhi Andra, menyapukan pandangan kesemuanya seolah ia berkata bahwa ini adalah satu hal besar yang benar2 diluar nalarnya, ia berlari menjauhi semua yang ada disana tanpa seorangpun yang mencegahnya.

Rayana duduk diatas atap lantai 2 rumahnya, menatapi bintang yang tak banyak, seperti biasanya ditemani coklat-coklat, permen, dan tentu saja kopi di gelas besar favoritnya. Ketika pikirannya sedang kacau dan galau, inilah tempat favoritnya, tempat pribadi yang semua orang tahu untuk tidak mengganggunya jika ia tengah berada diatas sana. Rayana sangat suka berlama-lama disini. tempatnya berpikir dan berencana tentang apapun. Ketika Brian tak bisa menemaninya, disinilah tempatnya memarkirkan dirinya dari semua kegiatan yang sangat padat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun