Mohon tunggu...
Desi Maryati
Desi Maryati Mohon Tunggu... -

Ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Itu Kering setelah 1 tahun

7 September 2012   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bapak pulang kapan Bu?bukannya hari ini ya keluar dari rumah sakitnya?" Rayana membuka percakapan dengan istri bosnya ketika berada di mobil yang sama menuju kerumah sakit tempat bosnya dirawat.

"masiy tiga hari lagi Ra, katanya masiy ada yang harus di cek di Laboratorium. memangnya kenapa Ra?"

"Gapapa siy bu. kasian aja liat bapa tampak uda bosen di rumah sakit terus-terusan, hehe,,," jawab Rayana sambil tersenyum. "kayanya musti ke BVJ deh bu byar cepet sembuhnya, ahaha,,," Rayana tergelak ketika menyebuut salah satu tempat makan favorit bosnya.

"hush ah, yang ada bukannya sembuh kesana mah Ra, paling-paling langsung masuk ICU lagih,,," mereka sama-sama tertawa termasuk Pa Min yang setia mendengarkan.

"Oia bu, kalo 3hari lagi berarti Ibu gada disini dong bu. Kan rapat yang disana harus Ibu yang menghadiri, tidak bisa saya wakilkan loh bu kalo ngga salah," sela Rayana ditengah tawa mereka.

"Justru itu, paling tar yang jemput bapa yah kamu aja ama Mas Adjie. Kan sama aja, bapa juga pasti ngerti kok kondisinya. Kan ini kepentingan perusahaan juga. iya kan?" jawabnya.

"Iya siy bu, cmn sayang banget yah Ibu mesti kesana. coba bisa saya wakilkan yah Bu, pasti bapa lebih seneng,,," senyum Rayana kembali mengembang, kali ini tidak terlalu sumringah, menatap kosong kearah jalanan didepannya. Ikatan batin Rayana dengan keluarga Bosnya memang sudah sangat erat, sehingga tidak ada lagi rasa canggung antara mereka. Rayana sudah seperti anak sulung bagi mereka. Kalo Rayana tidak ada, entah bagaimana jadinya perusahaan Bosnya itu.

"yah beginilah Ra, kan ini buat perusahaan juga. sudah menjadi hal yang biasa untuk keluarga kami..." bosnya menghela nafas. "yuk Ra, sudah sampai kita. Bapa juga sudah menunggu, tapi sebelumnya saya mau ke apotik dulu kamu duluan aja keruangan bapa yah,,,"

"Siap bu!"

Rayana berjalan menuju ruangan Big Bossnya. Tampak ceria ia di sela-sela kelelahannya, sesekali sambil bersenandung ia berjalan sendirian. sesekali pula ia menyapukan mataya ke sekitar, barangkali ada seseorang bahkan beberapa orang yang mungkin dikenalnya. Benar saja, Rayana melihat seseorang yg sangat tidak asing baginya. Adik dari mantan calon ibu mertuanya, Tante Sila. Dan ternyata tante Sila tidak sendirian, ada adik almarhum tunangannya yang datang menghapiri Tante Sila sebelum Rayana mendekat. Aga bingung Rayana rupanya, dan tiba-tiba perasaan tidak enak menyerangnya diikuti suara bergemuruh bak suara drum didadanya.

"Tante Sila, Assalamu'alaikum,,," sapa Rayana seperti biasanya. Dan kali ini, tak seperti biasanya mereka malah membalas dengan ekspresi terkaget-kaget yang sangat sulit untuk dijabarkan, kikuk mereka tanpa menjawab salam Rayana. "kok pada dsini Tan? Lila dan Lili juga kok disini?sapa yang sakit?mamah kah?" tanya Rayana lagi walaupun ia tahu betul mantan calon Ibu mertuanya itu bukan pasien disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun