Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Kerakyatan Jalan menuju Keadilan Sosial

16 September 2024   04:19 Diperbarui: 16 September 2024   04:57 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi telah membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, globalisasi telah membuka pasar internasional bagi produk-produk dan meningkatkan investasi asing. Di sisi lain, globalisasi juga telah meningkatkan ketergantungan pada pasar dan modal asing, yang sering kali mengancam kemandirian ekonomi nasional.

Ekonomi kerakyatan menawarkan alternatif bagi globalisasi yang tidak seimbang dengan menekankan pentingnya kemandirian ekonomi. Ini berarti harus mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri, seperti pangan, energi, dan kesehatan, tanpa terlalu bergantung pada impor atau investasi asing. Untuk mencapai kemandirian ekonomi, perlu mengembangkan sektor-sektor strategis yang berbasis pada sumber daya lokal, meningkatkan produktivitas nasional, dan mendorong inovasi dan kewirausahaan di tingkat lokal.

Krisis global seperti pandemi COVID-19 dan perubahan iklim telah menunjukkan betapa rentannya sistem ekonomi global. Pandemi telah menghancurkan ekonomi di seluruh dunia, dengan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan banyak usaha kecil gulung tikar. Di sisi lain, perubahan iklim telah mengancam ketahanan pangan dan sumber daya alam, yang menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan.

Dalam menghadapi krisis global ini, ekonomi kerakyatan menawarkan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Dengan menekankan pada kemandirian ekonomi, solidaritas sosial, dan keberlanjutan lingkungan, ekonomi kerakyatan dapat menjadi jalan keluar dari krisis dan membangun kembali ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Ekonomi Kerakyatan Butuh Komitmen Bersama

Ekonomi kerakyatan adalah jalan menuju keadilan sosial yang diimpikan. Ini bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang bagaimana pertumbuhan itu didistribusikan secara adil dan merata di seluruh lapisan masyarakat. Ekonomi kerakyatan menempatkan rakyat sebagai pusat dari pembangunan, dengan prinsip-prinsip keadilan, kemandirian, dan keberlanjutan sebagai landasannya.

Namun, mewujudkan ekonomi kerakyatan bukanlah tugas yang mudah. Ini memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk melakukan reformasi struktural, memperkuat institusi-institusi ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil, dan memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam perekonomian.

Dengan menghadapi tantangan-tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada, maka dapat mewujudkan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dan berkelanjutan, yang tidak hanya membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya, tetapi juga menjaga kedaulatan dan kemandirian bangsa di tengah dinamika global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun