Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Refleksi, Mengapa Saya Menjadi Jurnalis?

3 Mei 2016   02:24 Diperbarui: 3 Mei 2016   19:25 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film AADC ini juga menunjukkan betapa banyak puisi dan surat Rangga kepada Cinta. Surat-surat itu yang akhirnya membuat Cinta bertahan selama 14 tahun. Perasaannya tak pernah luput dari nama Rangga (duile). Kira-kira begitu analisa saya yang agak melankoli. Ternyata, daya cipta kata atas sebuah rasa bisa sedalam itu, ya pantas saja, kata Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Ada perasaan yang ditinggalkan di dalamnya. Pesan dan harapan.

Serangkaian refleksi itu akhirnya membawa saya kepada alasan mengapa saya terus menolak diminta keluarga saya menjadi jurnalis TV biar terkenal daripada jadi jurnalis online atau media cetak. Orang-orang tak perlu tahu wajah saya, mereka cukup tahu nama saya, atau nama pena saya, Asalkan ada perasaan yang bisa saya tinggalkan dalam pikiran dan hati mereka. Bisa jadi menyublim sebagai gerakan perubahan, bisa jadi menyublim sebagai refleksi semata. Apapun itu, selama bisa memberikan kehidupan yang lebih baik, untuk apa saya tolak?

Hari ini, 3 Mei 2016, Hari Kebebasan Pers Internasional alias World Press Freedom Day. Seorang penulis, seorang jurnalis, adalah individu yang membutuhkan kebebasan. Persis seperti yang saya katakan diatas, untuk mengutarakan perasaan, sikap, harapan, saran, bahkan kritik, saya butuh ruang yang dicipta diatas baris kata dan makna. 

Selamat Hari Pers Insan Pers Dunia. Selamat Hari Kebebasan Jurnalis. Selamat Hari Kebebasanmu, Nona Tita.

Berikut, saya lampirkan puisi favorit saya dalam AADC #2 yang ditulis oleh Aan Mansyur

Batas

Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa

jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota,
bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita

Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata

begitu pula rindu. Antara pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang

Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun