Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pekerjaan Ini, Worth It Kok...

26 Maret 2015   01:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak bisa melupakan bagaimana perempuan dengan berdempul di bawah kemilau lampu kota itu menjawab pertanyaan saya dan Adi dengan sederhana soal hasil kerja yang dilakukannya setiap malam. Perempuan yang dibalut pakaian minim berwarna hitam dengan rambut bercat pirang dan lipstik kental berwarna merah darah itu percaya diri meyakini uang yang diperolehnya dari pekerja sebagai ‘pekerja malam’ di club malam tak hanya sebanding bahwa lebih dari yang di ekspektasikan.

Jakarta, 18 November 2014

Baru saja saya menyelesaikan urusan saya di kampus sebelum akhirnya melanjutkan petualangan bersama dua rekan saya, Adi dan Bang Haposan berkelana di kehidupan malam Jakarta. Tugas observasi di kawasan hiburan malam merupakan sebuah tantangan baru bagi saya, khususnya saya adalah seorang perempuan. Kami bertiga memutuskan untuk berjumpa di area sekitaran Mangga Besar sebagai arena pertama untuk kami jadikan objek observasi.

Saya naik kereta dari stasiun Serpong dan turun di stasiun Tanah Abang sekitar jam 8 malam. Terlalu pagi memang jika dibandingkan dengan janji kami untuk berjumpa jam 10 malam. Saya pun enggan untuk keluar dan menyambangi Mangga Besar, saya memutuskan untuk berjalan sendirian di sepanjang tepi jalan stasiun Tanah Abang.

Stasiun Tanah Abang adalah area yang akrab dengan saya, karena sejak kuliah dan kerja magang hampir setiap malam saya ke sana, dan kerap kali saya menjumpai pekerja seks komersial tengah menjajakkan diri.

Tetapi jujur, baru pertama kalinya saya memberanikan diri hari itu untuk berjalan sendirian sepanjang stasiun Tanah Abang. Berjalan dengan sangat dekat dengan para PSK yang menjajakan dirinya. Saya mencoba bersikap biasa, padahal hati saya begitu kedat kedut terutama karena saya beberapa kali menangkap mata dengan para PSK tersebut. Saya juga bertemu dengan beberapa lelaki yang tengah menggoda para PSK tersebut, atau sekedar mengobrol dengan mereka.

Mungkin dempul berhasil menghapus menutupi kerut wajah atau urat usia yang menua. Namun pancaran mata tidak bisa berdusta. Saya sempat bertemu mata dengan seorang perempuan berpakaian seksi yang tengah mengisap sebatang rokok sambil menyilangkan kakinya dan bersandar di angkutan umum yang tengah terparkir di depan sebuah hotel.

Namanya hotel teratai, dengan cat warna hijau dan perempuan berpakaian seksi dengan beberapa lelaki tua, sebagian juga lelaki dengan perut buncit dan merokok keluar masuk di hotel itu. Saya sempat melihat seorang lelaki yang baru bersama dengan seorang perempuan dan melepas kaosnya. Mungkin saya kurang kuat iman, karena seketika ada apa saya meneteskan air mata dan saya mempercepat langkah untuk naik angkot menuju Mangga Besar.

Di dalam angkot saya meneteskan air mata lagi, untungnya hanya saya seorang diri di angkot. Saya putuskan turun di Harmoni untuk makan malam sebelum akhirnya saya bertemu dengan Adi di halte busway Mangga Besar.

Seusai makan, saya pun bertemu dengan Adi di halte busway Mangga Besar tepat jam 10 malam. Kami berdua berjalan keluar menyusuri Mangga Besar. Kami tidak tahu arena lokalisasinya dimana. Hingga kami menemukan seorang perempuan bertubuh gempal tengah merokok dan di keliling oleh dua orang perempuan berpakaian seksi di pinggir jalan. Beberapa mobil berhenti di depan mereka, saya berasumsi bahwa perempuan gemuk itu adalah ‘mami’ dari para PSK itu.

Tepat di depan mereka berdiri ada sebuah lorong yang panjang, saya memutuskan untuk masuk bersama dengan Adi. Ternyata kaki kami membawa kami ke tempat yang kami cari, ternyata lorong penuh ruko yang gelap dari depan ini adalah arena lokalisasinya. Kami masuk ke dalam lorong berbatu, kiri dan kanan adalah ruko panti pijat dengan musik ‘jedag jedug’. Tak hanya itu kami juga bertemu dengan banyak ‘mami’ dan PSK yang berdri di depan panti-panti pijat tersebut. Mobil-mobil berbagai mereka dari kalangan kelas menengah ke atas memenuhi lorong tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun