Pagi itu, kabut tebal menyelimuti desa. Belvina terbangun lebih awal, tetapi Kenzie sudah tidak ada di tempat tidur.
Di luar, ia menemukan Kenzie duduk di bangku depan rumah, mengenakan sweater abu-abu yang mulai pudar warnanya.
“Kenzie, kamu tidak tidur semalam?”
“Aku sedang berpikir, apa aku terlalu memaksa Arka?”
“Kenzie, kamu hanya ingin dia hidup lebih baik. Itu bukan kesalahan.”
“Tapi kalau caraku justru membuat dia tertekan, lalu apa gunanya?”
***
Waktu-pun berlalu, Kenzie berusaha mencoba untuk lebih mendengarkan Arka. Ia mulai memberi ruang bagi anaknya untuk menentukan jalan yang dipilih sendiri.
Malam itu, Kenzie mengendarai motor tuanya di jalan gelap selepas pelatihan di balai desa. Lampu redup dari tiang listrik menjadi satu-satunya penerang.
“Pak Kenzie!”
Kenzie menoleh. Raka, salah satu peserta pelatihan, melambai di tepi jalan.