Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tren Throning di Kalangan Gen Z: Cinta yang Rasional atau Ilusi Status Sosial?

31 Desember 2024   19:26 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi throning jadi tren gen z dalam memilih pasangan: antara cinta yang rasional dan ilusi status sosial. (Gratispik/Freepik) 

Selama satu dekade terakhir, angka pernikahan bahkan menurun drastis hingga 28,63 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak individu, terutama dari Gen Z, yang lebih selektif dalam memilih pasangan.  

Survei dari Alvara Research Center (2024) menemukan bahwa 62% responden Gen Z menganggap pernikahan bukan lagi prioritas utama. 

Mereka lebih memilih fokus pada pengembangan karier dan hubungan strategis yang dapat memberikan keuntungan emosional maupun sosial. 

Bagi mereka, pernikahan hanya akan dilakukan jika pasangan dianggap cukup "berharga" untuk masa depan.  

Realistis atau Idealis?

Tren throning membuka diskusi menarik, tentang apakah ini adalah bentuk realistis/ pragmatisme modern, atau sekadar ilusi idealisme status sosial yang terlalu tinggi? 

Di satu sisi, throning mencerminkan adaptasi terhadap realitas sosial dan ekonomi yang semakin kompetitif. Namun, di sisi lain, fenomena ini dapat mengaburkan makna cinta yang seharusnya murni dan tulus.  

Penelitian dari Harvard Business Review (2023) menunjukkan bahwa hubungan yang didasari pada strategi dapat memberikan keuntungan jangka pendek dalam hal status sosial. Namun, hubungan semacam ini sering kali gagal memberikan kepuasan emosional jangka panjang.  

Dengan demikian, throning menjadi sebuah pilihan hidup bagi sebagian orang, sebagai bentuk realistis dari hubungan di era modern, di mana cinta tidak bisa dilepaskan dari faktor eksternal seperti status dan pengaruh sosial. 

Namun, sebagian lainnya, fenomena ini dianggap terlalu idealis, dengan ekspektasi tinggi yang sulit dipenuhi dalam hubungan nyata. Terlepas dari benar dan salah, tentunya tergantung langkah setelahnya dan motif apa yang dicari cinta, citra atau keduanya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun