Akibatnya, banyak pasangan lebih fokus pada bagaimana mereka terlihat di mata orang lain daripada pada kualitas hubungan itu sendiri. Â
Dinamika Throning dalam Relationship
Meski terdengar strategis, hubungan berbasis throning tidak selalu berjalan mulus. Ketimpangan harapan menjadi salah satu sumber konflik utama.Â
Pihak yang "ditakhtakan" sering kali merasa terbebani oleh ekspektasi pencitraan, sementara pihak "penobat" berharap mendapatkan pengakuan sosial yang berkelanjutan dari hubungan tersebut. Â
Psikolog hubungan dari University of Michigan, Dr. Anne Goldstein, menjelaskan bahwa hubungan dengan dasar strategis cenderung memiliki risiko ketidakstabilan emosional.Â
Penelitian yang dilakukan pada 2022 ini menunjukkan bahwa pasangan yang terlalu fokus pada validasi sosial memiliki tingkat ketidakpuasan hubungan 35% lebih tinggi dibandingkan pasangan yang menjunjung keterbukaan dan kejujuran. Â
Konflik ini sering kali melibatkan perasaan tidak cukup dihargai secara emosional. Misalnya, pihak "penobat" mungkin merasa bahwa cinta mereka tidak tulus karena didasarkan pada tujuan strategis.
Sementara pihak yang "ditakhtakan" merasa bahwa hubungan tersebut hanya sarana untuk memenuhi ambisi pasangan mereka. Â
Dampak Throning pada Angka Pernikahan di Indonesia
Fenomena throning tidak hanya memengaruhi hubungan romantis, tetapi juga berdampak pada angka pernikahan yang terus menurun.Â
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 mencatat bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada 2023 hanya mencapai 1.577.255, turun 128.000 dari tahun sebelumnya. Â