Pada 2024 ini, sebuah keluarga yang memiliki anak banyak pernah viral di medsos, di mana jarak kelahiran yang tipis dengan ekonomi yang dapat dikatakan tidak baik-baik saja.Â
Pada saat itu, sang ibu berkali-kali ditawari KB, namun ia menolak dan tidak berencana untuk mengakhiri atau jeda punya anak, yang tentunya memancing pro dan kontra di kalangan masyarakat.Â
Sekalipun itu menjadi pilihan hidup seseorang sama halnya dengan childfree. Namun, yang menjadi perhatian yaitu sosok anak pertama yang masih usia belia.Â
Pada saat anak seusianya fokus belajar dan asik bermain bersama teman-temannya. dia harus sekolah sambil membantu mencari nafkah, mengurusi pekerjaan rumah hingga merawat adik-adiknya.Â
Hal tersebut menimbulkan sentimen tersendiri di kalangan pengguna media sosial. walaupun pada akhirnya, sang ibu bersedia untuk mengikuti KB atas kesadaran dirinya.Â
Ini menunjukkan, bahwa maraknya parentsfluencer, membuat orang sadar akan hak-hak anak yang seharusnya didapatkan anak pada masa pertumbuhan dan perkembangannya bukan hanya sekedar untuk konten.Â
Namun di lain sisi, sharenting memang bisa saja mendukung konsep 'banyak anak-banyak rezeki.' seperti halnya yang terjadi pada keluarga Halilintar, di mana banyak anak, terkesan menyenangkan dan banyak rezeki.Â
Tetapi, pada umumnya masyarakat sadar bahwa hal tersebut balik lagi dengan 'modal' alias kemampuan finansial dan background kesiapan lainnya.Â
Tanpa berkutat pada alasan bahwa setiap anak memiliki rezekinya masing-masing. Ya, tentu jika siap 'mencukupi' dan selama tidak membebankan orang lain, banyak anak mungkin akan menjadi baik.Â
Rentan Terjadinya Parents Shaming dan Parental Guilt
Sisi lain dari sharenting adalah parents shaming karena adanya perbandingan tumbuh kembang anak, pada saat parentsfluencer menjadikan anaknya sebagai contoh parenting yang baik dan memicu diskusi yang panjang.