Berkat kreativitas parentsfluencer, orang jadi semakin sadar pentingnya keterlibatan ayah dan ibu dalam pengasuhan anak, bahkan sekalipun pernikahannya gagal dan tidak tinggal serumah.Â
Seiring berjalannya waktu, parentsfluencer turut mengimbangi kasus-kasus kenakalan remaja yang marak, dengan menawarkan parenting untuk menurunkan angka anak-anak korban fatherless dan broken home.Â
Tentunya, fenomena ini juga menggambarkan bahwa pernikahan yang gagal, tidak selamanya merusak tumbuh kembang anak, menekankan bahwa gagal menjadi suami atau istri, tidak berarti harus gagal menjadi ayah dan ibu.Â
Di samping itu, para singel mom dan singel dad dengan pasangannya yang meninggal dunia pun, melalui sharenting turut mengedukasi audiens, bagaimana seorang ibu menunjukkan sisi maskulinitasnya demi anak, begitu pun sebaliknya.Â
Dengan kata lain, medsos memberikan peluang untuk belajar dan berdiskusi cara pengasuhan anak yang sesuai dengan kondisi keluarga, usia dan zamannya.
Di mana, dalam hal ini para parentsfluencer menjadi salah satu penggerak dalam perputaran edukasi ilmu parenting tersebut.Â
Tak jarang, hal ini memicu beragam pujian dari warganet, karena akses terhadap ilmu parenting berdasarkan best eksperience ini menjadi incaran. Baik para orang tua lama, baru maupun calon orang tua.
Bahkan, dengan segala konten yang dibuat semakin kreatif, adanya parentsfluencer ini sedikitnya menawarkan kesembuhan pada tren married is scary, waithood, childfree dan sejenisnya yang marak di kalangan masyarakat.Â
Namun, di balik fenomena tersebut, tersimpan kekhawatiran munculnya parentsfluencer yang terlalu fokus parents branding dan menjadikan anak sebagai mesin cetak uang. Sehingga kesannya "Parentsfluencer is scary".
Dalam hal ini, studi Child Mind Institute (2023) menunjukkan, sharenting berpotensi menjebak orang tua untuk menampilkan "kehidupan sempurna" di medsos, sehingga memicu kelelahan emosional dan merusak hubungan dengan anak.
Di lain sisi, melansir Pulsar, pada Minggu (22/12), para Momfluncer seringkali mencampur adukan urusan pribadi dengan profesional, karena objek utamanya adalah tumbuh kembang anak.Â