Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Sharenting: Antara Eksistensi Parentsfluencer dan Krisis Pemikiran Kritis

22 Desember 2024   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2024   22:16 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fenomena sharenting, yang menimbulkan Parentsfluencer dan krisis pemikiran kritis (Gratisfik/Freepik) 

Berkat kreativitas parentsfluencer, orang jadi semakin sadar pentingnya keterlibatan ayah dan ibu dalam pengasuhan anak, bahkan sekalipun pernikahannya gagal dan tidak tinggal serumah. 

Seiring berjalannya waktu, parentsfluencer turut mengimbangi kasus-kasus kenakalan remaja yang marak, dengan menawarkan parenting untuk menurunkan angka anak-anak korban fatherless dan broken home. 

Tentunya, fenomena ini juga menggambarkan bahwa pernikahan yang gagal, tidak selamanya merusak tumbuh kembang anak, menekankan bahwa gagal menjadi suami atau istri, tidak berarti harus gagal menjadi ayah dan ibu. 

Di samping itu, para singel mom dan singel dad dengan pasangannya yang meninggal dunia pun, melalui sharenting turut mengedukasi audiens, bagaimana seorang ibu menunjukkan sisi maskulinitasnya demi anak, begitu pun sebaliknya. 

Dengan kata lain, medsos memberikan peluang untuk belajar dan berdiskusi cara pengasuhan anak yang sesuai dengan kondisi keluarga, usia dan zamannya.

Di mana, dalam hal ini para parentsfluencer menjadi salah satu penggerak dalam perputaran edukasi ilmu parenting tersebut. 

Tak jarang, hal ini memicu beragam pujian dari warganet, karena akses terhadap ilmu parenting berdasarkan best eksperience ini menjadi incaran. Baik para orang tua lama, baru maupun calon orang tua.

Bahkan, dengan segala konten yang dibuat semakin kreatif, adanya parentsfluencer ini sedikitnya menawarkan kesembuhan pada tren married is scary, waithood, childfree dan sejenisnya yang marak di kalangan masyarakat. 

Namun, di balik fenomena tersebut, tersimpan kekhawatiran munculnya parentsfluencer yang terlalu fokus parents branding dan menjadikan anak sebagai mesin cetak uang. Sehingga kesannya "Parentsfluencer is scary".

Dalam hal ini, studi Child Mind Institute (2023) menunjukkan, sharenting berpotensi  menjebak orang tua untuk menampilkan "kehidupan sempurna" di medsos, sehingga memicu kelelahan emosional dan merusak hubungan dengan anak.

Di lain sisi, melansir Pulsar, pada Minggu (22/12), para Momfluncer seringkali mencampur adukan urusan pribadi dengan profesional, karena objek utamanya adalah  tumbuh kembang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun