Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Sharenting: Antara Eksistensi Parentsfluencer dan Krisis Pemikiran Kritis

22 Desember 2024   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2024   17:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fenomena sharenting, yang menimbulkan Parentsfluencer dan krisis pemikiran kritis (Gratisfik/Freepik) 

Apa jadinya ketika orang tua sering melakukan sharenting, dikit-dikit posting anak di media sosial, Lalu populer hingga menjadi parentsfluencer. Mengedukasi dan mendapatkan banyak uang? Ternyata tidak hanya sesederhana itu. 

Masa tumbuh dan kembang anak memang selalu membekas di benak orang tua terutama momen golden age. Kerapkali pencapaian yang bertambah dari hari ke hari, dengan bangga direkam dan dibagikan melalui media sosial.

Praktik tersebut, awal mula dari fenomena sharenting, yang berasal dari kata share (berbagi) dan parenting (mengasuh). Sederhananya, yaitu kebiasaan membagikan momen pengasuhan anak kepada orang lain.  

Saat anak mulai belajar tengkurap, mencoba satu-dua langkah, hingga dapat mengeja dan memanggil orang tuanya. Siapa yang tak gemas! Bahkan, beberapa orang tua terkesan "satu dunia harus tahu nih" bahwa dia bangga. 

Nah, fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun, dengan berkembangnya media sosial, kini sharenting menjadi lebih masif dan menciptakan sub-fenomena baru yang semakin kompleks.  

Sharenting Lahirkan Serba-serbi Influencer

Media sosial membuka peluang besar bagi orang tua untuk menunjukkan kebahagiaannya. Bahkan, banyak yang akhirnya justru memilih jadi parentsfluencer, yaitu orang tua influencer yang membagikan konten pengasuhan.  

Kemudian, merambat pada berbagai jenis influencer lainnya, seperti momfluncer (influncer ibu), dadfluencer (influencer ayah), hingga kidsfluencer (anak influencer), yang dengan popularitasnya, dapat mempengaruhi khalayak ramai. 

Pada dasarnya, kegiatan sharenting ini lebih sering dilakukan oleh para Momfluencer, dan dadfluencer terkesan jarang, karena peran ibu pada umumnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anak dibandingkan ayah. 

Namun, di balik fenomena ini, Media sosial juga memudahkan akses untuk masyarakat belajar parenting. Seperti halnya metode Montessori hingga pola asuh anti-patriarki, semuanya bisa ditemukan melalui ujung jari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun