Mohon tunggu...
Gisela  Debbie
Gisela Debbie Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ambil Gen Plasma Nutfah untuk Negara Sendiri?

25 Agustus 2018   06:34 Diperbarui: 25 Agustus 2018   12:48 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu kita ketahui bahwa saat ini teknologi kultur jaringan sedang marak di Indonesia bahkan di dunia.Kultur jaringan sangat membantu dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Juga kultur jaringan ini dapat dengan cepat membantu menyediakan bibit pertanian. Namun, penerapan kultur jaringan di Indonesia sendiri masih sangat terbatas dan belum dapat tersebar luas di kalangan masyarakat. 

Kultur jaringan hanya merupakan salah satu sarana penelitian bagi para peneliti, baik dalam  perguruan tinggi maupun dalam lembaga penelitian. Hasil-hasil penelitian sudah banyak dihasilkan, namun hasil tersebut belum sampai kepada masyarakat luas dan belum dapat diterapkan dalam bentuk industri yang dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas.

Sebelum membicarakan lebih dalam tentang perkembangan teknologi kultur jaringan, perlu diketahui terlebih dahulu tentang kultur jaringan itu sendiri. 

Kultur jaringan yang biasa disebut tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur memiliki arti kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Maka dari itu, Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

Terdapat pula berbagai teori dari para peneliti, antara lain: teori sel dalam mengindikasi totipotensi sel, perkecambahan simbiotik biji anggrek, kultur in vitro ujung akar dalam jangka yang pendek, kultur meristem menghasilkan tanaman bebas, dan masih banyak lagi teori kultur jringan yang dari tahun ke tahun memiliki perkembangan pemikiran.

Teknik kultur jaringan didasari oleh konsep totipotensi sel yang artinya total setiap sel dari tubuh multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Konsep totipotensi tersebut merupakan teori sel oleh Schwann (ahli anatomi hewan) dan Schleiden (ahli anatomi tumbuhan).

Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara menumbuhkan bagian generatif atau vegetatif pohon induk. Bagian generatif yang digunakan bisa berupa ovule, embrio, atau biji. Sedangkan untuk bagian vegetatif, dapat berupa akar, daun, batang, atau yang lainnya. Penumbuhan bagian-bagian tersebut dilakukan di dalam  media buatan cair dan padat. Media cair yang terdiri dari zat nutrisi dan zat pengatur tumbuh untuk menumbuhkan PLB. 

Sementara itu, media padat yang terdiri dari campuran agar-agar, zat nutrisi, dan aquades yang digunakan untuk memperbanyak dan membesarkan PLB yang telah tumbuh menjadi bibit di dalam media cair. PLB sendiri merupakan singkatan dari Protocorn Like Body, yang merupakan jaringan yang akan berkembang menjadi tanaman baru.

Kultur jaringan biasanya dimanfaatkan dalam teknologi untukmengembangkan ilmu tumbuh-tumbuhan, perhutanan, dan hortikultura.Zat yang biasanya digunakan adalah zat pengatur tumbuh. 

Untuk media dalam kultur jaringan, kombinasi zat pengatur tumbuh disesuaikan dengan macam-macam eksplan yang digunakan. Misalnya, eksplan yang berasal dari jaringan meristem suatu tanaman tertentu seperti tanaman anggrek, tanaman Cerealea, tanaman tembakau atau tanaman lain dari embrio, serbuk sari, endosperm, kotiledon, dan lain-lain.

Kultur jaringan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

Yang pertama, untuk melestarikan sifat tanaman induk. Kedua, untuk dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama. Kemudian, untuk menghasilkan tanaman baru dengan jumlah yang banyak dan waktu yang singkat. 

Yang keempat adalah sebagai sarana untuk melestarikan plasma nutfah. Kelima, untuk menghasilkan tanaman yang bebas virus. Keenam, untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Dan yang terakhir, pelaksanaan kultur jaringan tidak tergantung pada musim.

Disamping manfaat tersebut, kultur jaringan juga memiliki keunggulan dan kelemahan.Keunggulan dari kultur jaringan, antara lain: pemakaian bibit tidak tergantung dengan musim, bibit yang dihasilkan seragam dan juga bebas dari penyakit/hama, sifat-sifat tumbuhan yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diinginkan, bibit dapat diproduksi dengan jumlah yang banyak dan dengan waktu yang relatif lebih cepat, maka tidak memerlukan lahan yang luas, kualitas bibit yang didapat lebih terjamin.

Sedangkan kelemahan dari kultur jaringan, antara lain: biaya awal yang dikeluarkan cukup mahal, kultur jaringan ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu karena harus memiliki keahlian yang khusus, dan bibit hasil kultur jaringan harus melalui tahap aklimitasi karena sudah terbiasa dalam keadaan/kondisi yang lembab dan aseptik.

Setelah mengetahui keunggulan dan kelemahan dari kultur jaringan, terdapat berbagai faktor penunjang keberhasilan teknik kultur jaringan, antara lain dengan memperhatikan stabilitas genetik agar tidak terjadi mutasi, menyeleksi bahan eksplan yang akan digunakan secara serius, mengusahakan dalam pen-transferan tanaman hasil teknik kultur jaringan ke media tanah, serta mengusahakan kemampuan dari eksplan yang dibudidayakan agar jangan sampai hilang.

Tahap-tahap Teknik Kultur jaringan, yaitu:

Tahap yang pertama adalah Tahap Persiapan. Tahap persiapan ini meliputi persiapan ruangan, alat-alat yang diperlukan, bahan tanaman, dan juga media tanaman. Persiapan ruangan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan merupakan tahapan awal yang sangat penting. Ruangan, alat-alat, bahan tanaman, dan media tanaman tersebut harus sebelumnya di sterilisasi, karena tingkat sterilisasi merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dari teknik kultur jaringan.

Bahan tanaman yang digunakan dapat diperoleh dari daun, tunas, batang, dan bagian-bagian tanaman lainnya. Media tanaman biasanya ditaruh dalam botol kaca yang transparan. Media yang sesuai menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada tahapan selanjutnya.

Tahap yang kedua adalah Tahap Inisiasi Kultur. Tahap inisisasi kultur ini menjadi tahapan awal dalam penanaman. Eksplan yang sudah di streilkan sebelumnya, kemudian ditanam pada media yang telah dipersiapkan. Namun, sterilisasi yang tinggi tetap harus dijaga selama proses penanaman sedang berlangsung. Botol-botol tersebut disimpan dalam ruangan tersendiri, di mana suhu, kelembaban, dan cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan eksplan. Tanda awal dari pertumbuhan eksplan yaitu dengan terbentuknya kalus kompak pada bagian dasar eksplan.

Tahap ketiga, adalah Tahap Multiplikasi Tunas. Mulktiplikasi tunas sendiri dapat dilakukan dengan memisahkan ujung tunas yang sudah ada, yang telah menghasilkan ruas dan buku baru, tunas-tunas lateral, tunas adventif, dan juga dapat dilakukan dengan cara embrio somatik.

Tahap yang keempat, adalah Tahap Pemanjangan Tunas, Induksi Akar, dan Perkembangan Akar. Tunas-tunas yang sudah dipisahkan, kemudian membentuk bagian-bagin tanaman lengkap. Namun, tahapan ini tidak berlaku terhadap tanaman yang mudah berakar. Induksi akar sendiri merupakan proses memicu pertumbuhan akar yang biasanya dilakukan dengan penambahan zat pengatur tubuh terutama dari golongan auksin.

Tahap yang terakhir, adalah Aklimitisasi. Tahapan aklimitisasi merupakan tahapan terakhir dari teknologi kultur jaringan. Juga merupakan tahap pemindahan plantlet dari ruang tumbuh awal ke lingkungan. Kondisi luar yang tidak stabil sangat rentan bagi plantlet-plantlet. Oleh karena itu, plantlet tidak langsung dipindahkan ke lapangan melainkan ke rumah kaca. Kondisi lingkungan sedikit demi sedikit diubah hingga menyamai dengan kondisi di lapangan. Hal demikian perlu dilakukan agar plantlet-plantlet dapat menyesuaikan kondisi lingkungannya sampai dipindahkan ke lingkungannya yang semula.

Bioetika merupakan suatu studi yang muncul dari ilmu pengetahuan dan teknologi biologi yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

Biologi memiliki beberapa prinsip, yaitu prinsip untuk menghormati autonomi, bersikap adil (keadilan), memiliki manfaat (benefisien), dan yang terakhir adalah nonmaleficent.

Aplikasi kultur jaringan terdiri dari 2 teknik, yaitu yang lebih sering dikenal dengan Mikropropagasi dan Produksi tanaman bebas penyakit/patogen. Mikropropagasi merupakan perbanyakan tanaman dalam ukuran kecil(mikro) secara aseptik. Biasanya dimanfaatkan untuk memperbanyak tanaman dalam waktu yang singkat. 

Infeksi tanaman sering terjadi dikarenakan berbagai penyakit yang menular dari virus, bakteri, jamur, maupun dari serangga. Sehingga, infeksi ini dapat mengurangi produksi tanaman itu sendiri. Untuk meng-eliminasi infeksi tersebut, dapat dilakukan dengan mikropropagasi bagian tanaman bebas penyakit ataupun juga dapat dilakukan dengan kultur meristem apikal yang bebas dari penyakit.

Gen Plasma Nutfah

Secara umum,plasma nutfah merupakan substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh yang dari tumbuhan, hewan, maupun jasad renik. 

Plasma nutfah menjadi salah satu kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pmbangunan nasional. Namun, kita lebih mengenal plasma nutfah sebagai salah satu aplikasi dari kultur jaringan di bidang pertanian, selain produksi tanaman bebas penyakit, produksi bahan-bahan farmasi, pelestarian tanaman dan rekayasa genetika, serta mikropropagasi.

Teknologi kultur jaringan yang mulai meluas ini, membuat banyak negara maju yang mulai mengembangkan teknologi tersebut untuk mengambil gen plasma nutfah dari negara lain agar dapat dikembangkan di negaranya sendiri. Menurut saya, pengambilan gen plasma nutfah yang merupakan gen asli dapat dilakukan namun dengan izin dan batas yang wajar. 

Saya setuju mengenai pengambilan gen plasma nutfah tersebut, karena menurut teori yang telah saya baca, teknik kultur jaringan tumbuhan khusunya dalam bidang agrobisnis dapat menghasilkan bibit dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak memerlukan lahan yang luas, tidak tergantung dengan iklim, dan bebas dari hama.

Sehingga, gen plasma nutfah tersebut dapat dikirim melalui batas-batas negara tanpa harus melewati proses karantina. Sedangkan dengan izin, berarti untuk mengadakan hubungan atau pengambilan gen plasma nutfah ini harus melalui perizinan dengan negara asal tersebut. Karena apabila pengambilan atau pemanfaatan plasma nutfah tersebut tidak secara sah dan tidak melalui perizinan (tanpa izin), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai pencurian plasma nutfah. 

Dan untuk batas wajar menurut saya adalah proses pengambilan gen plasma nutfah tersebut tidak langsung secara besar-besaran atau secara sembarangan, namun teprosedur atau tertata dengan baik

Seperti contohnya pada zaman sekarang, kegiatan ekspor-impor sudah sangat merajalela di mana-mana. Bermunculan makanan yang unik dan menarik perhatian dari suatu negara, membuat berbagai negara memiliki keinginan untuk mengikuti jejak tersebut atau yang biasa disebut mem-plagiat. 

Berbagai negara mulai memperjualbelikan makanan tersebut di negaranya dengan berbagai inovasi dan variasi, yang dimana makanan tersebut akhirnya terkenal sampai di mana-mana dan malah memiliki pemasaran yang lebih besar daripada negara asal yang merupakan asal muasal dari ide makanan tersebut. Hal ini membuat pudarnya makanan tersebut di negara asalnya sendiri, karena besarnya pemasaran di negara lain.

Sama halnya dengan pengambilan gen plasma nutfah, yang apabila kegiatan tersebut dilakukan secara besar-besaran, gen plasma nutfah dari negara asal sendiri akan memudar bahkan hilang karena perkembangan zaman. Maka dari itu, pengambilan plasma nutfah ini harus dengan batas yang wajar dan tetap memperhatikan kualitas dan produktivitas negara asal.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
  2. Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA KELAS XI. Jakarta : Penerbit Erlangga
  3. Kodoatie, Robert J. Dan Sjarief, Roestam. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbit ANDI
  4. Mastuti, Retno. 2017. Dasar-dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. Malang : UB Press
  5. Setiowati, Tetty dan Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA KELAS XII. Jakarta : Azka Press
  6. Yuliarti, Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Yogyakarta : Penerbit ANDI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun