Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karya Karma Bagian 15

19 November 2016   18:03 Diperbarui: 19 November 2016   18:26 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuan Jenar.. Tuan Jenar... Saya tidak pernah main-main dengan karma yang saya mainkan. Karma yang harusnya juga kamu terima. Andai saja tidak ada kebodohan dari tuan Niko anggotamu, kamu adalah targetku berikutnya."

"Sudahlah Sadam. Kamu serahkan dirimu ke polisi sekarang. Jika kamu tidak ingin berakhir dengan kematianmu dan putrimu W."

"Jangan coba mengancamku tuan Jenar." 

Abah sigap menyayat cukup dalam ke leher Inspektur Jenar. Tapi tidak mengenai nadi besar. Namun darah sudah mulai mengalir deras membasahi jaket kulit hitam Inspektur Jebar. Ada ketakutan yang sangat dalam raut Inspektur Jenar.

"Baui dan rasakan darahmu sendiri tuan Jenar. Saya belum memotong urat nadi lehermu. Nadimu masih cukup dalam untuk bisa ku sembelih tuan Jenar. Tapi rasa sakitnya sudah benar terasa bukan? Wajahmu sudah setakut para pemberontak yang dulu ke sembelih lehernya bak kambing. Mata mereka melotot keluar. Dan apa tuan tahu, setelah kepala mereka terpenggal, ada bunyi menggerok. Jantung mereka tetap memompa udara keluar. Tapi sudah terputus tenggoroknya. Jadi darah turut memuncrat keluar tuan Jenar. Indah bukan?" Abah menjelaskan dengan senyum yang menyeringai. Menatap tajam semua gerakan yang mungkin dibuat Inspektur Jenar.

"Baiklah...baiklah Sadam. Saya akan atur semua agar kamu dan anakmu bisa bebas. Tidak ada tuduhan pembunuhan ini ditujukan kepadamu. Bagaimana Sadam?"

"Hahaha... sifat busuk dan picik akan keluar saat manusia terdesak benar adanya tuan Sadam. Bertahan hidup dengan segala cara akan dilakukan. Dan bagi manusia busuk dan picik sepertimu, semua akan kamu lakukan bukan?" Ada amarah dai dalam mata Abah. Ia gerakkan pisaunya menyayat ke dalam leher Inspektur Jenar. 

"Apa... Apa... tunggu Sadam. Tunggu dulu...!!" Inspektur mulai menggerakkan tangan mencoba meraih tangan Abah.

"Jangan pernah gerakkan tangamu tuan Jenar. Atau pisau ini akan terus masuk ke dalam tenggorokmu. Mengerti!?" Abah menghentikan gerakan menyayat leher Inspektur Jenar.

"Baiklah... baiklah Sadam. Tolong... tolong jangan kau bunuh aku. Ku turuti semua keinginanmu." Inspektur Jenar kembali menurunkan kedua tangannya. Sedang bau anyir darah mulai memenuhi mobil Inspektur Jenar.

"Tidak ada yang kuinginkan tuan Jenar. Selain kematianmu...." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun