Disclaimer:
Gore-horror theme. Karya fiksi ini berisi kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. Bagi yang tidak berkenan, cukup membaca sampai disini. Salam :-)
Sambil berlari W. bukan menuju ruang farmasi. Ia buang suntikan berisi sianida. Ia pilih melepas baju suster di ruang ganti dan pergi meninggalkan rumah sakit. Ada begitu banyak tanya dalam fikirannya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan apa yang Mariam igaukan. Tidak mungkin dalam tidak sadarnya, Mariam bias tahu nama lengkap W.
‘Siapa Mariam? Kenapa ia tahu namaku? Ku tidak pernah bilang nama lengkapku kepadanya.’ W. berjalan lambat sambal fikirannya terus bertanya.
‘Apa yang sebenarnya terjadi. Abah mungkin tahu?’ (Bagian 12)
* * *
“Penggal kepalanya sekarang!” ucap Sadam sang kapten.
“Tapi dia keliatan masih anak-anak kapten?” ujar Norman bawahannya.
“Turuti perintah saya! Kalau sudah dewasa, anak ini akan jadi pemberontak. Percayalah. Lakukan prajurit! Sadam memerintahkan kembali.
“Tidak kapten. Saya tidak mau membunuhnya.” Ujar Norman. Sementara sang anak yang dianggap pemberontak tesengal dan bingung dengan apa yang terjadi. Ia ingin dibunuh atau dibebaskan ia tidak tahu.
“Halah kau ini pengecut Norman” seketika itu pula Sadam mengambil machete yang dibawa Norman.