Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 9

13 Oktober 2016   19:12 Diperbarui: 13 Oktober 2016   19:25 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

"Hei... sedang apa kau!!" ucap seorang tinggi besar ke arah W.

'Sial! Ada yang melihat.' W. mengumpat dalam hati.

Si pria besar segera berlari ke arah W. Dan W. segera tahu ia harus segera melumpuhkannya. Karena percuma lari dengan si Fahri yang terlanjur ia belum sempat masukkan ke dalam bagasi mobilnya. W. mengambil suntikan dari dalam sakunya.

"Sedang apa kau!!?" Tanya pria besar tadi saat sudah dekat.

"Sedang..." W. segera berkelit lincah menusuk leher bagian kanan pria besar tadi. 

"Ahhhgg!!" si pria besar tadi berteriak hebat. Untungnya di parkiran lantai bawah ini sudah tidak ada siapapun.

Tak lama si pria besar segera jatuh berlutut. Tak lama badannya segera berdebum keras menghajar aspal tempat parkir ini.

'Ah, nambah beban saja kau ini!' W. segera memasukkan si pria besar tadi ke tempat duduk penumpang di mobilnya. Fahri yang belum siuman pun segera ia masukkan ke dalam bagasi.

W. segera mengarahkan mbilnya jauh ke atas bukit di luar kota ini. Disana Abah sudah menunggu Fahri, si pejabat busuk. Pejabat yang sejak 3 bulan lalu sudah W. pelajari gerak-gerik dan kebiasannya. Dan malam ini W. berhasil melumpuhkannya. Sayangnya ada, si pria besar ini yang mengetahui aksinya. W. tidak tahu harus berbuat apa dengannnya. Dibunuh saja? Padahal ia tidak bersalah. 

Sesampainya di gubug, W. segera menurunkan si pria besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun