Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Karya Karma Bagian 1

23 September 2016   21:35 Diperbarui: 23 September 2016   21:52 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tidak usah pak Jo. Selama belum mengancam, saya akan baik-baik saja. Sudah malam pak Jo, saya harus segera kembali pulang. Tolong besok pak Jo konfirmasi pak Ha soal laporan tadi.”

“Baik bu.” Johan segera pergi dari ruang Mariam.

Keluar dari kantor, waktu sudah pukul 10 malam. Kantor sudah begitu sepi, apalagi di lantai 5 ini. Mariam segera menuju lokasi parkir mobilnya.

Ada yang mengikutinya. Mariam yakin itu. Ada suara langkah kaki di belakangnya. Ia tidak berani menengok ke belakang. Yang ia tahu ia cepatkan langkah ke mobilnya. Setidaknya di dalam mobil ia akan aman. Fikirnya.

“Buukkk!!” tiba-tiba ada sosok membekapnya. Bukan dari belakang. Tapi dari depan.

Mariam merasakan badannya rubuh dan ditindihnya. Ada sapu tangan menutup hidung dan mulutnya. mariam coba berteriak. Tapi percuma. Ia merasa lemas dan pandangannya mulai kabur.

* * *

She’s a pretty woman, looking for the he-man

She’s gonna throw him anger

Gonna be a heart breaker…

Lantunan lagu Trouble Maker dari Superkid mengisi penuh ruang terang itu. Serupa ruang parkir mobil. Tapi entah mengapa ada peralatan bedah di sana sini. Bau anyir darah menyerbak memenuhi ruangan.

Sembari bernyanyi lagu Trouble Maker lirih sendiri, Abah berdiri di samping tubuh Mariam. Mariam dibaringkan di meja. Sedang darah terus menetes dari meja. Di bawah meja sengaja disiapkan plastik hitam besar. Sepertinya agar darah tidak langsung menetes terkena lantai. Ya, darah Mariam.

Mariam terkulai tak berdaya. Abah sibuk mengiris dan memotong tiap daging yang masih saling menyatu di sikut Mariam. Ia iris pelan layaknya seorang jagal memisahkan kulit kambing dari dagingnya.

Dengan pisau seadanya, memotong sendi menjadi sulit. Abah meanjutkannya dengan memakai gergaji. Bone saw, Abah beli dari took online 2 tahun lalu. Dulu bone saw ini panjang. Karena sering patah saa memotong tulang, ia sambung dengan pegangan gergaji kayu biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun