Seorang anak juga tentu sangat ingin orangtuanya punya masa tua yang indah dan tidak perlu repot-repot memikirkan untuk pemenuhan kebutuhan di hari ini, seminggu ke depan, dan masa depan.Â
Terkesan seperti anak sebagai investasi, tapi apa yang saya inginkan hanya satu yaitu kebahagiaan. Orangtua sudah memberikan segalanya untuk saya dan kini giliran saya.
Meskipun tidak pernah diminta, tapi rasanya memberi kebahagiaan dan kesejahteraan adalah sebuah kewajiban.
Keluarga adalah bentuk simbiosis mutualisme, bukan?
Apakah hubungan bapak dan ibu akan "tetap sama"?
Usia pernikahan bapak dan ibu memang sudah lebih dari 20 tahun, tapi namanya hubungan suami-istri tidak pernah lepas dari namanya pertengkaran.
Mulai dari perbedaan pendapat sampai hal sepele "lupa naruh barang di mana" bisa jadi potensi pertengkaran.Â
Sejauh ini yang saya amati memang ibu-bapak kalau bertengkar hanya sebentar saja dan tidak terlalu intens.
Kisaran 15-20 menit saling mendiamkan, setelah itu baikkan. Tidak sampai yang berhari-hari dan juga pisah ranjang.
Tapi apakah ketika nanti saya tidak ada di rumah, bisa lebih parah? Jawabannya bisa jadi.
Sampai saat ini saya meyakini bahwa kehadiran anak dalam rumah mampu mereduksi potensi suami-istri/bapak-ibu untuk bertengkar dan berperilaku di luar batas.
Saya teringat dengan apa yang dikatakan host ternama saat ini, Desta, yang membuat tattoo gambar anaknya di tangan. Beliau mengatakan kurang lebih intinya seperti ini: