Jawabannya ternyata dapat ditarik kesimpulan, bahwa tidak semua bos punya rasa peduli Covid-19.
Ada pekerja yang diberikan vitamin/makanan, insentif atau reimburse untuk internet selama WFH, biaya gratis antigen/PCR, dan bantuan vaksinasi.
Tapi ada juga yang cuman bisa menjawab:
- "kok enak banget tempat kerjanya",Â
- "tempat kerjaku ngantor terus ngga ada insentif atau bantuan apa-apa",Â
bahkan ada yang menjawabÂ
- "WFO diem-diem, tunggu sampai ketahuan"
- "Di sini tunggu sakit bener-bener baru diizinin, positif tetep kerja"
Sekilas info saja, perihal perusahaan yang memaksa pekerjanya untuk WFO atau pelanggar PPKM, sebenarnya untuk DKI Jakarta sendiri sudah menyediakan platform pelaporannya yaitu lewat aplikasi JAKI.
Tapi lagi-lagi, alasan tidak berani speak-up adalah karena adanya ancaman.
- "Kalau saya ngelaporin, nanti yang ada saya dipecat"
- "Kalau saya ngelaporin, nanti yang ada saya dipotong gaji"
- "Pemerintah mau nanggung konsekuensinya terhadap pekerja ngga"
Baca juga: Sebelum Minta Speak-Up Pelecehan, Pikirkan Ancaman terhadap Korban
Bagaimana dengan tempat kerja kalian selama pandemi ini? Lebih peduli Covid atau Profit?
Kembali lagi, pilihan tersebut jatuh kepada bos tempat kita bekerja sebab merekalah yang mempunyai kuasa untuk mengatur kebijakan dalam perusahaan.
Lalu, seperti apa sih kriteria Bos peduli Covid-19?