Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bos Peduli Covid-19 adalah Kebutuhan

16 Juli 2021   17:48 Diperbarui: 15 April 2022   21:00 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bos Peduli Covid-19. Sumber: UNDP

Jawabannya ternyata dapat ditarik kesimpulan, bahwa tidak semua bos punya rasa peduli Covid-19.

Ada pekerja yang diberikan vitamin/makanan, insentif atau reimburse untuk internet selama WFH, biaya gratis antigen/PCR, dan bantuan vaksinasi.

Tapi ada juga yang cuman bisa menjawab:

  • "kok enak banget tempat kerjanya", 
  • "tempat kerjaku ngantor terus ngga ada insentif atau bantuan apa-apa", 

bahkan ada yang menjawab 

  • "WFO diem-diem, tunggu sampai ketahuan"
  • "Di sini tunggu sakit bener-bener baru diizinin, positif tetep kerja"

Sekilas info saja, perihal perusahaan yang memaksa pekerjanya untuk WFO atau pelanggar PPKM, sebenarnya untuk DKI Jakarta sendiri sudah menyediakan platform pelaporannya yaitu lewat aplikasi JAKI.

Tapi lagi-lagi, alasan tidak berani speak-up adalah karena adanya ancaman.

  • "Kalau saya ngelaporin, nanti yang ada saya dipecat"
  • "Kalau saya ngelaporin, nanti yang ada saya dipotong gaji"
  • "Pemerintah mau nanggung konsekuensinya terhadap pekerja ngga"

Baca juga: Sebelum Minta Speak-Up Pelecehan, Pikirkan Ancaman terhadap Korban

Bagaimana dengan tempat kerja kalian selama pandemi ini? Lebih peduli Covid atau Profit?

Kembali lagi, pilihan tersebut jatuh kepada bos tempat kita bekerja sebab merekalah yang mempunyai kuasa untuk mengatur kebijakan dalam perusahaan.

Lalu, seperti apa sih kriteria Bos peduli Covid-19?

Ilustrasi Bos Peduli Covid-19. Sumber: UNDP
Ilustrasi Bos Peduli Covid-19. Sumber: UNDP

1. Mengubah Hierarki Kerja dari "Command-and-Control Hierarchy" menjadi "a Network of Teams"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun