Hubungan emosional dengan orang tua, teman, atau guru membantu individu merasa bertanggung jawab terhadap harapan dan norma sosial. Jika hubungan ini lemah, individu cenderung lebih rentan untuk terlibat dalam perilaku kriminal.Â
2) Komitmen (Commitment): Â
Investasi dalam tujuan jangka panjang, seperti pendidikan atau karier, membuat individu lebih berhati-hati dalam melanggar norma sosial karena akan merugikan tujuan tersebut. Komitmen yang kuat mendorong seseorang untuk menghindari perilaku menyimpang.Â
3) Keterlibatan (Involvement): Â
Kegiatan produktif seperti pekerjaan, olahraga, atau partisipasi dalam aktivitas komunitas mengurangi waktu dan peluang bagi individu untuk terlibat dalam kejahatan.Â
4) Keyakinan (Belief): Â
Kepercayaan terhadap nilai-nilai moral, hukum, dan norma sosial mendorong individu untuk mematuhi aturan yang ada. Jika keyakinan ini melemah, individu lebih cenderung terlibat dalam perilaku kriminal.
- Teori Lain
Beberapa teori tambahan memberikan perspektif berbeda terhadap penyebab kejahatan:
1) Labeling Theory: Teori ini berargumen bahwa pelabelan sosial terhadap individu sebagai "kriminal" dapat memperkuat perilaku menyimpang. Pelaku yang diberi label ini sering kali diasingkan, yang akhirnya mendorong mereka untuk lebih terlibat dalam tindakan kriminal.
2) Conflict Theory: Teori ini, yang dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx, menyatakan bahwa kejahatan muncul akibat ketidakadilan struktural dan konflik kelas. Sistem hukum sering kali lebih memihak kelas dominan, sementara kelompok miskin atau termarjinalkan lebih rentan terhadap kriminalisasi.
3) Radical Criminology: Pendekatan ini melihat kejahatan sebagai hasil dari struktur sosial yang menindas, seperti eksploitasi ekonomi atau ketimpangan kekuasaan.