Hang-Rungkepi mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati harus memiliki keberanian untuk berkorban demi kepentingan rakyat dan keadilan. Korupsi sering terjadi karena pemimpin lebih mementingkan kenyamanan pribadi daripada melayani rakyat. Ketidakmauan untuk mengambil risiko atau mengorbankan kepentingan pribadi dapat membuka jalan bagi praktik korupsi yang merugikan banyak pihak.
Hang-Rungkepi menggarisbawahi betapa pentingnya keberanian seorang pemimpin untuk mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan rakyat. Korupsi sering kali muncul ketika seorang pemimpin tidak mampu atau tidak bisa membebaskan diri dari zona nyaman dan tetap berpegang teguh pada pribadinya. Prinsip ini menekankan bahwa pemimpin sudah seharusnya mampu menempatkan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama, bahkan jika harus menghadapi berbagai tantangan dan risiko. Pemimpin yang berintegritas tidak hanya berani menghadapi tekanan atau ancaman, tetapi juga konsisten menjaga keadilan dan transparansi dalam setiap kebijakan maupun tindakannya.
- Hang-Ruwat (Menyelesaikan Masalah)
Pemimpin adalah garda terdepan dalam mengatasi masalah yang memengaruhi kesejahteraan rakyat. Seorang Pemimpin dipilih oleh rakyat karena dipercaya mampu bertanggungjawab penuh akan berbagai aspek kehidupan disuatu negara untuk menyelesaikan masalah, konflik dan mengatur rencana masa depan yang lebih baik untuk negaranya. Dalam suasana konflik tentu saja diperlukan seorang pemimpin yang mampu menjadi mediator yang adil dan bijaksana. Selain menyelesaikan masalah yang ada, pemimpin yang berpegang pada prinsip ini harus memikirkan rencana strategis untuk mencegah masalah serupa di masa depan.
Dalam menghadapi korupsi, prinsip Hang-Ruwat sangat penting. Pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah tidak hanya fokus pada pemberian sanksi kepada pelaku, tetapi juga mengatasi akar penyebab korupsi seperti lemahnya sistem birokrasi, kurangnya pengawasan, dan budaya permisif. Pendekatan yang menyeluruh ini dapat menciptakan pemerintahan yang bersih dan efisien, serta meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemimpin dan institusi negara.
- Hang-Ayomi (Perlindungan)
Kepercayaan yang diberikan rakyat kepada pemimpin harus disertai dengan menciptakan kebijakan yang melindungi hak-hak masyarakat, segala bentuk penindasan, termasuk yang muncul akibat korupsi. Secara garis besar, Prinsip Hang-Ayomi menekankan peran pemimpin sebagai pelindung rakyat, baik dari ancaman eksternal maupun internal. Kepercayaan yang diberikan oleh rakyat membawa tanggung jawab besar bagi pemimpin untuk memastikan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Dalam konteks ini, perlindungan bukan hanya soal fisik, tetapi juga mencakup perlindungan hak, martabat, dan keadilan sosial.
- Hang-Uribi (Menyala, Memberikan Motivasi)
Seorang pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk semangat dan arah kehidupan masyarakat nya. Hal ini didasarkan pada kepercayaan rakyat atau Masyarakat kepada pemimpinnya. Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab untuk menjalankan roda pemerintahan, tetapi juga menjadi figur panutan yang mencerminkan nilai-nilai moral dan etika. Sebelum menjadi inspirasi atau panutan, penting adanya kesadaran diri dari seorang pemimpin untuk berkelakukan dan moral yang baik yang tidak hanya terkesan formalitas, akan tetapi sudah seharusnya menjadi bagian integral dari kepribadian dan kepemimpinannya. Serta wujud nyata dari integritas yang melekat dalam setiap tindakan dan keputusan yang dilakukan. Dalam konteks pemberantasan korupsi, pemimpin harus menunjukkan komitmen yang jelas terhadap integritas dan memberikan contoh nyata melalui tindakan yang jujur dan transparan.
- Ha-Memayu (Harmoni, Keindahan, Kerukunan)
Dalam konteks ini, Keseimbangan dan kedamaian dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat hanya dapat tercapai jika praktik korupsi berhasil diberantas. Korupsi menciptakan kesenjangan, ketidakpercayaan, dan ketidakadilan yang merusak kepercayaan masyarakat kepada yang menjadi pemimpin. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin untuk memastikan bahwa sistem pemerintahan berjalan secara transparan, adil, dan bebas dari penyimpangan. Dengan memberantas korupsi, pemimpin tidak hanya memperbaiki sistem pemerintahan, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan bersatu.
- Ha-Mengkoni (Membuat Persatuan)
Korupsi sering menjadi pemicu perpecahan dalam masyarakat karena menghasilkan ketidakadilan dan memperluas kesenjangan sosial. Pemimpin yang memahami arti penting persatuan akan berkomitmen untuk menghapus praktik korupsi yang merugikan masyarakat secara menyeluruh. Prinsip ini menekankan perlunya menjalin kepercayaan antara pemerintah dan rakyat sebagai fondasi utama untuk menciptakan masyarakat yang bersatu untuk awal dan seterusnya menjadi Harmoni, Indah, dan Rukun.
- Hanata (Mengatur dan Menata)
Prinsip ini mengajarkan kemampuan untuk mengatur dan menata sistem pemerintahan dengan baik. Dalam konteks korupsi, pemimpin harus memastikan bahwa tata kelola pemerintahan berjalan efektif, akuntabel, dan transparan. Untuk mencapai hal ini, pemimpin juga perlu melakukan transformasi diri, sehingga mampu membangun sistem yang kuat dan mendukung penghapusan praktik korupsi secara menyeluruh.
Penerapan prinsip-prinsip tersebut tidak hanya mendorong terciptanya kepemimpinan yang berintegritas dan bermoral, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih transparan dan bebas dari korupsi. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, seorang pemimpin tidak hanya berperan sebagai agen perubahan, tetapi juga menjaga kepercayaan publik sekaligus memastikan terciptanya kehidupan yang lebih sejahtera bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan nasihat-nasihat Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama, yang menjelaskan bagaimana seharusnya pemimpin beretika:
- Eling lan waspada (eling tuhan, waspada dengan sesama, dan alam; atau vertical horizontal), memiliki makna untuk selalu “Eling Tuhan” Mengingat selalu kehadiran Tuhan dalam setiap tindakan. Dan bersikap berhati-hati yang harus sadar akan hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.
- Atetam boyen wus bucik; (jangan sampai berobat setelah luka); memiliki makna mengingatkan pentingnya pencegahan daripada melakukan pengobatan. Bertindak sebelum masalah terjadi lebih baik untuk menghindari konsekuensi yang lebih buruk.
- Away mematuh nalutuh, (menghindari sifat angkara, perbuatan Nista), mengandung makna peringatan untuk menjauhi perilaku buruk dan tindakan yang merugikan dan berfokusokus pada kebaikan serta kejujuran sebagai landasan moral manusia.
- Kareme anguwus-uwus owose tan ana, mung janjine muring-muring; marah2 pada orang lain, tanpa alasan; mengandung makna pengendalian diri terhadap emosional, dengan mengajarkan untuk bersikap tenang dan bijaksana.
- Gonyak-ganyukngelingsemi (adap) kurang sopan santun, memalukan; makna terkandung didalamnya menunjukkan bahwa manusia, hidup harus didasar dengan pentingnya berperilaku sopan dan beradab dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga berdampak pada diri sendiri dan orang lain.
- Nggugu karepe priyangga (jangan bertindak sendiri tidak bisa diatur); makna terkandung didalamnya mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus menghindari tindakan yang hanya didasarkan pada keinginan pribadi atau ego semata
- Traping angganira (dapat menempatkan diri); bermakna pemimpin harus menempatkan dir dengam bertindak tegas dan mengetahuibats-batas tertentu. Kemampuan untuk menempatkan diri dengan tepat adalah tanda dari kedewasaan dalam kepemimpinan.
- Angger uger ing keprabon(mematuhi tatanan negara); Taat menghormati dan mengikuti aturan serta hukum yang berlaku dalam masyarakat dan negara. Sebuah cerminan pemimpin yang berintegritas dan moral.
- Bangkit ajur ajer(bergaul dengan siapapun), mengandung makna mampu bergaul atau aktif berinteraksi dengan berbagai orang untuk sebuh relasi.
- Ngenaki Tyasing Lyan (menyenangkan oranglain walaupun berbeda)
- Den iso mbasuki ujaring janmi (pura-pura bodoh), sinamun ingsamudana (cara halus pura-pura), baik (sesadon ing adu manis), mengandung makna mampu menunjukkan sikap rendah hati dan tidak sombong, meskipun memiliki pengetahuan atau keahlian.
- Ngandhar-andhar angendhukur, kandhane nora kaprah (berbicara baik, logis, data, jelas, dan rendah hati)
- Anggung Gumrunggung (suka sombong itu bodoh), ungkapan yang menekankan bahwa kesombongan adalah tanda kebodohan. Seseorang yang terlalu bangga akan dirinya sendiri dan suka pamer sering kali tidak disukai orang lain. Kesombongan membuat seseorang tidak terbuka untuk belajar dari orang lain dan bisa menghalangi perkembangan diri.
- Ugungan sedina-dina (ingin dipuji tiap hari), seseorang dengan karakteristik yang selalu mencari pujian dari orang lain. Orang seperti ini sering kali mengorbankan kejujuran dan ketulusan demi mendapatkan pengakuan
- Lumuhasor kudu unggul, (sombong dapat dilihat dari tutur kata), sumengah sesongaran (merendahkan org lain)
DAFTAR PUSTAKA